Skip to main content

Featured Post

Profil Rahma Huda Putranto

Rahma Huda Putranto, S.Pd., M.Pd.  adalah Duta Baca Kabupaten Magelang yang   lahir di Magelang, pada tahun 1992, lulus dengan predikat cumlaude dari Jurusan S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Negeri Semarang tahun 2014. Pernah menempuh Program Magister Manajemen Pendidikan di Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. Selain itu, gelar magister bidang pendidikannya juga diperoleh melalui Program Magister Manajemen Pendidikan di Universitas Negeri Yogyakarta. Penulis pernah bekerja sebagai guru di SD Muhammadiyah Borobudur. Kemudian mendapat penempatan di SDN Giripurno 2 Kecamatan Borobudur sebagai Pegawai Negeri Sipil. Terhitung mulai tanggal 1 Maret 2018 mendapat tugas baru di SD Negeri Borobudur 1. Alamat tempat tinggal penulis berada di dusun Jayan RT 02 RW 01, Desa Borobudur, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Selain itu, penulis dapat dihubungi melalui email r_huda_p@yahoo.co.id. Penulis pernah mengikuti program Latihan Mengajar di Uni

Berpikir Kebutuhan Melahirkan Inovasi


Inovasi artinya memperbaharui apa yang sudah ada atau menciptakan sesuatu yang baru. Yang diperbaharui atau yang diciptakan bisa berupa barang, jasa, bahkan tindakan. Inovasi terutama berkaitan dengan barang dan jasa identik dengan aktivitas ekonomi. Namun inovasi kini tidak sebatas hal itu. Tindakan diri dalam bentuk pikiran dan perbuatan juga membutuhkan inovasi.

Inovasi dalam diri setiap manusia harus dilakukan untuk mengikuti arus perkembangan zaman. Inovasi diri lebih pada upaya untuk beradaptasi pada perubahan zaman. Tentu kita ingat dengan salah satu teori dari Charles Darwin, yaitu seleksi alam. Teori seleksi alam secara sederhana dapat dijelaskan bahwa hanya makhluk hidup yang mampu beradaptasi dengan alam (baca: perkembangan zaman) yang dapat hidup dan bertahan. Jadi muncullah pertanyaan, inovatif atau mati?

Penyesuaian diri terhadap perkembangan zaman berpijak pada kebutuhan. Kebutuhan agar bisa hidup lebih baik di zaman ini. Sehingga otak ini harus senantiasa berpikir. Apa yang kita butuhkan saat ini dan nanti esok hari?

Jawaban atas kebutuhan inilah yang nantinya menggiring seorang anak manusia untuk berinovasi. Singkatnya, kebutuhan menjadi dasar dalam berinovasi. Sehingga jangan sampai otak ini tidak memikirkan kebutuhan apa yang harus terpenuhi.

Kalau otak ini berhenti berpikir maka semua akan terasa cukup. Merasa cukup inilah yang membuat manusia terlena. Kelenaan yang membuat manusia berhenti berinovasi. Alhasil, ketika tersadar, ia kaget melihat kemajuan zaman yang tidak bisa ia kejar lagi.

Borobudur, 8 September 2018

Comments

Baca Juga