Skip to main content

Featured Post

Profil Rahma Huda Putranto

Rahma Huda Putranto, S.Pd., M.Pd.  adalah Duta Baca Kabupaten Magelang yang   lahir di Magelang, pada tahun 1992, lulus dengan predikat cumlaude dari Jurusan S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Negeri Semarang tahun 2014. Pernah menempuh Program Magister Manajemen Pendidikan di Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. Selain itu, gelar magister bidang pendidikannya juga diperoleh melalui Program Magister Manajemen Pendidikan di Universitas Negeri Yogyakarta. Penulis pernah bekerja sebagai guru di SD Muhammadiyah Borobudur. Kemudian mendapat penempatan di SDN Giripurno 2 Kecamatan Borobudur sebagai Pegawai Negeri Sipil. Terhitung mulai tanggal 1 Maret 2018 mendapat tugas baru di SD Negeri Borobudur 1. Alamat tempat tinggal penulis berada di dusun Jayan RT 02 RW 01, Desa Borobudur, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Selain itu, penulis dapat dihubungi melalui email r_huda_p@yahoo.co.id. Penulis pernah mengikuti program Latihan Mengajar di Uni

Mewaspadai Kemandegan Berpikir

Berpikir menjadi ciri utama yang membedakan antara manusia dan hewan. Kemampuan berpikir inilah yang menjadikan manusia memiliki sebutan sebagai homo sapiens. Namun seringkali tanpa disadari manusia tidak menggunakan kemampuan berpikirnya secara maksimal. Oleh karena itu, ada beberapa hal yang yang perlu diwaspadai agar kemampuan berpikir tidak berhenti atau "mandeg":

1. Kemampuan Otak Melakukan Otomasi
Keunggulan otak manusia adalah melakukan otomasi pada aktivitas-aktivitas yang sering dilakukan. Namun keunggulan ini juga menjadi kelemahan bagi manusia itu sendiri. Kemampuan otomasi ini menghalangi manusia untuk berfikir secara kritis.

Misalnya saja, ketika manusia belajar menaiki sepeda. Pasti manusia akan berpikir bagaimana cara menaiki sepeda. Bagaimana cara menjalankan sepeda untuk pertama kalinya. Dan bagaimana caranya untuk mengakhiri sebuah perjalanan menggunakan sepeda. Otak manusia menghadapi aktivitas yang belum terbiasa dilakukan, seperti mengendarai sepeda ini, otak pasti akan berpikir sangat keras.

Namun seiring berjalannya waktu apabila sudah terbiasa menaiki sepeda, otak manusia ketika mengendarai sepeda seolah berhenti berfikir. Karena aktivitas mengendarai sepeda telah dilakukan secara otomatis dan tanpa berpikir panjang. Seolah bersepeda hanya membutuhkan perasaan dan keinginan saja.

Gambaran ini mendorong manusia untuk senantiasa merefleksikan apakah rutinitas yang dijalani itu sudah benar atau belum. Sehingga kegiatan yang sudah sering dilakukan perlu dilakukan dekontruksi. Upaya memikirkan ulang apakah suatu aktivitas kebiasaan sudah dilakukan secara baik dan benar atau belum. Karena dikhawatirkan manusia terjebak pada rutinitas yang menipu.

Rutinitas yang menipu adalah kebiasaan yang dianggap benar. Padahal kebiasaan tidak selalu benar dan dapat merugikan manusia sekaligus berpotensi menjadi hambatan dalam mendayagunakan pikiran. Apalagi kita hidup di era kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. Yaitu era dimana kebiasaan lama belum tentu sesuai dengan era kekinian.

2. Pola Pemikiran Lama
Hambatan berpikir yang kedua adalah pemikiran lama menyebabkan manusia sulit memahami pemikiran baru. Pemikiran yang sudah dimiliki manusia biasanya mencegah masuknya pemikiran baru. Padahal pemikiran baru itu lebih sempurna dan lebih baik atau sesuai dengan zamannya.

Contohnya, ketika kita menggambar seekor ikan. Kebanyakan orang pasti akan membuat gambar seperti biasanya. Gambaran ikan dengan mata, dibelakangnya ada sirip, kemudian diteruskan dengan keberadaan ekor. Akan tetapi ketika kita diminta untuk menggambarkan telinga ikan, maka kita akan berpikir dua kali. Seseorang akan meragukan apakah betul kalau ikan itu ada telinganya.

Ternyata pemahaman lama mengenai ikan menghambat pengetahuan yang baru. Pemahaman lama yang tetbukti pada setiap gambar ikan yang dibuat, tidak disertai gambar telinga. Padahal ikan sebenarnya memiliki telinga.

3. Keruwetan Berpikir
Hambatan berpikir yang ketiga adalah seringkali ketika akan berpikir merasa ruwet. Keruwetan ini disebabkan karena banyak sekali hal yang harus dipikirkan atau dipecahkan.

Solusi yang ditawarkan adalah
dengan melakukan proses pemilahan. Proses pemilihan digunakan untuk memilih mana yang penting ketika kita ingin menyelesaikan suatu masalah. Setiap masalah yang melibatkan orang lain harus bagi menjadi dua, yaitu antara relasi dan transaksi.

Relasi berkaitan dengan hubungan pribadi dan transaksi berkaitan dengan isi dari apa yang ingin disampaikan. Hal utama yang perlu dijaga adalah mempertahankan relasi. Lebih baik mengorbankan transaksi agar hubungan relasi tetap terjaga.

Sejarah Indonesia mencatat bahwa politikus dari Masyumi dan PKI seringkali terlibat perdebatan panas dalam memperjuangkan ideologinya di sidang Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Akan tetapi perdebatan-perdebatan panas itu selalu berhenti setelah tokoh-tokoh dari kedua partai itu keluar dari ruang sidang. Mereka ngopi bersama, makan siang bersama, seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Terlihat kedewasaan berpolitik. Tokoh-tokoh bangsa Indonesia saat iti tidak mengorbankan relasi atas transaksi transaksi.

Inilah pentingnya pemilahan dalam berpikir. Karena pemikiran sumbu pendek sering menghambat perkembangan kemampuan berpikir. Karena mencampur adukan antara relasi dengan transaksi akan merugikan diri sendiri.

Ditulis dengan metode MB pada hari Selasa, 26 Desember 2017

Comments

Baca Juga