Skip to main content

Featured Post

Profil Rahma Huda Putranto

Rahma Huda Putranto, S.Pd., M.Pd.  adalah Duta Baca Kabupaten Magelang yang   lahir di Magelang, pada tahun 1992, lulus dengan predikat cumlaude dari Jurusan S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Negeri Semarang tahun 2014. Pernah menempuh Program Magister Manajemen Pendidikan di Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. Selain itu, gelar magister bidang pendidikannya juga diperoleh melalui Program Magister Manajemen Pendidikan di Universitas Negeri Yogyakarta. Penulis pernah bekerja sebagai guru di SD Muhammadiyah Borobudur. Kemudian mendapat penempatan di SDN Giripurno 2 Kecamatan Borobudur sebagai Pegawai Negeri Sipil. Terhitung mulai tanggal 1 Maret 2018 mendapat tugas baru di SD Negeri Borobudur 1. Alamat tempat tinggal penulis berada di dusun Jayan RT 02 RW 01, Desa Borobudur, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Selain itu, penulis dapat dihubungi melalui email r_huda_p@yahoo.co.id. Penulis pernah mengikuti program Latihan Mengajar di Uni

Antara Budak dan Robot


Bahaya masa lalu yaitu ketika orang menjadi budak. Bahaya masa depan adalah ketika manusia bisa menjadi robot.

(Erich Fromm)

Bahaya merupakan sesuatu yang mengancam. Ancaman itu dapat berupa ucapan lisan dan/atau perbuatan. Manusia memiliki mekanisme alami dalam menilai dan menghadapi bahaya.

Penilaian manusia terhadap sesuatu, apakah sesuatu itu membahayakan atau tidak, sangat tergantung pada pengetahuan dirinya. Seorang anak tidak tahu bahayanya seekor ular. Sebab, anak tersebut belum dibekali pengetahuan akan bahaya bisa atau lilitan ular.

Begitu pula mekanisme manusia dalam menghadapi bahaya. Banyak cara yang dapat ditempuh manusia untuk menghadapi bahaya. Walau sebenarnya akan mengerucut juga pada mekanisme "lari atau hadapi".

Kembali ke cerita ular di atas. Ketika seseorang berhadapan dengan ular, maka ada dua keputusan. Lari menjauh dari ular atau melawan ular tersebut.

Uraian singkat di atas menunjukkan kalau pemahaman tanda bahaya sangat bergantung pada pengetahuan. Begitu pula dengan upaya menghadapinya. Oleh karenanya, manusia perlu meningkatkan kewaspadaan akan bahaya yang mengancam. Bahaya juga sangat tergantung dengan dimensi ruang dan waktu.

Bahaya Masa Kini

Erich Fromm mengungkapkan kalau bahaya di masa lalu teridentifikasi pada entitas yang disebut "budak". Budak saat ini jarang terdengar. Praktik perbudakkan memang sudah tidak ada di dunia modern ini.

Manusia yang menjadi budak diibaratkan seperti barang. Budak manusia dapat diperjualbelikan. Bahkan diwariskan ke generasi berikutnya.

Seorang budak akan sangat tergantung majikannya. Majikannya adalah pemilik sah budak tersebut. Sang majikan dapat memberikan perintah kepada budak tersebut. Bahkan dipekerjakan tanpa diberi upah.

Budak harus mematuhi apa yang diperintahkan oleh sang majikan. Sungguh mengerikan. Oleh karenanya, menjadi budak waktu itu sangatlah berbahaya. Tidak ada perlindungan dan hilangnya kemerdekaan hidup.

Kembali ke kutipan dari Erich Fromm di atas. Bahaya manusia saat ini/di era yang akan datang adalah menjadi robot. Bahayanya bukan lagi menjadi budak.

Hanya saja, antara budak dan robot beda tipis. Keduanya sama-sama dikontrol oleh pihak di luar diri manusia. Manusia kehilangan kendali atas dirinya.

Bedanya terletak pada kesadaran. Budak kehilangan kendali diri karena penguasaan dirinya terletak pada majikannya. Budak secara sadar bertingkah laku atau bertindak karena adanya perintah. Budak tahu siapa yang memerintah.

Berbeda dengan robot. Tingkah laku robot tergantung program yang ada di kepalanya. Robot sangat bergantung dengan pihak luar. Ia tidak bebas dalam berkehendak.

Hanya saja, robot melakukan sesuatu tidak dengan terpaksa. Robot melakukan apa yang sudah terprogram di kepala. Jadi, sang robot tidak tahu siapa yang memerintah. Hanya saja dia melakukan tindakan sesuatu perintah. Tindakannya secara sukarela.

Berdasarkan asal-usul perintah, ada dua perbedaan antara robot dan budak. Robot mendapatkan perintah dari "dalam". Budak mendapatkan perintah dari "luar". Dari "dalam" itu dari benaknya/program dalam kepala robot. Kalau dari "luar" berasal dari perintah majikannya.

Robot Masa Kini

Ah, apa mungkin manusia sekarang berubah jadi robot? Kalau yang dimaksud robot adalah manusia yang penuh dengan mesin-mesin canggih di tubuhnya, tentu tidak. Yang saya maksud robot disini bukanlah "cyborg".

Robot yang "bahaya" itu adalah manusia yang secara tidak sadar dipengaruhi oleh perintah, keinginan, atau kemauan dari pihak luar.

Robot masa kini bisa juga disebut manusia yang kehilangan kebebasannya. Manusia ini mendapat perintah dari dalam. Hanya saja ia tidak sadar atas perintah itu.

Walau sebenarnya perintah itu bisa berupa ideologi, keyakinan, aliran kepercayaan, dan lain sebagainya. Ia tidak bertindak atas keputusan akal sehatnya. Manusia robot melakukan sesuatu atas dasar pertimbangan ideologi atau kepercayaan.

Yang paling mengerikan adalah upaya pemrograman yang dilakukan pihak luar kepada manusia. Bisa lewat yang namanya propaganda. Hanya saja propaganda jadi kata yang kurang populer saat ini.

Pemrograman otak manusia saat ini lebih banyak dilakukan melalui "iklan". Iklan saat ini telah menjalin kerjasama dengan teknologi. Lahirlah iklan yang terpersonalisasi. Iklan muncul/tampil sesuai dengan pengalaman, kesukaan atau aktivitas yang dilakukan manusia tersebut.

Intinya, iklan saat ini sudah sangat maju. Iklan dapat dengan efektif mempengaruhi alam bawah sadar manusia. Isi iklan dapat menancap dengan kuat di benak manusia yang melihatnya. Sungguh mengerikan.

Kemajuan dunia periklanan pasti dibarengi dengan penemuan untuk menciptakan iklan yang mampu menggiring manusia pada tindakan tertentu. Entah untuk sekedar membeli suatu barang atau menyetujui suatu pendapat. Yang paling dan harus diwaspadai ketika iklan mampu menggerakkan seseorang tanpa tersadar.

Ya, benar saja pendapat Erich Fromm di atas. Bahaya manusia saat ini adalah robot. Manusia kehilangan kebebasan dan kehendak tanpa tersadar. Tanpa tahu siapa yang menggiring tindakannya, apa yang dilakukannya bahkan nilai-nilai apa yang diyakininya.

"Makin hari makin susah saja

Menjadi manusia yang manusia".


Comments

Baca Juga