Skip to main content

Featured Post

Profil Rahma Huda Putranto

Rahma Huda Putranto, S.Pd., M.Pd.  adalah Duta Baca Kabupaten Magelang yang   lahir di Magelang, pada tahun 1992, lulus dengan predikat cumlaude dari Jurusan S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Negeri Semarang tahun 2014. Pernah menempuh Program Magister Manajemen Pendidikan di Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. Selain itu, gelar magister bidang pendidikannya juga diperoleh melalui Program Magister Manajemen Pendidikan di Universitas Negeri Yogyakarta. Penulis pernah bekerja sebagai guru di SD Muhammadiyah Borobudur. Kemudian mendapat penempatan di SDN Giripurno 2 Kecamatan Borobudur sebagai Pegawai Negeri Sipil. Terhitung mulai tanggal 1 Maret 2018 mendapat tugas baru di SD Negeri Borobudur 1. Alamat tempat tinggal penulis berada di dusun Jayan RT 02 RW 01, Desa Borobudur, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Selain itu, penulis dapat dihubungi melalui email r_huda_p@yahoo.co.id. Penulis pernah mengikuti program Latihan Mengajar di Uni

Kecepatan dan Ketepatan Membalas Pesan Singkat di Era Digital


Aplikasi WhatsApp merupakan aplikasi pesan singkat (chat) yang tidak bisa ditinggalkan. Ratusan bahkan ribuan pesan singkat masuk ke dalam Smartphone. Setiap detik diwarnai dengan pemberitahuan adanya pesan baru. Baik pesan yang berasal dari jalur pribadi (japri) atau dari WhatsApp Group.

HP saya juga selalu dipenuhi dengan berbagai pesan yang masuk. Ada yang terbalas. Ada juga yang tidak. Jujur, banyak pesan yang terlewatkan. Saya setidaknya mengidentifikasi dua sebab, mengapa pesan WhatsApp banyak yang saya lewatkan. Pertama, pesan WhatsApp “tertimbun” dengan pesan baru atau obrolan baru. Kedua, karena kesibukan di dunia nyata yang menyebabkan saya harus melewatkan apa yang ada di dunia maya.

Saya merasakan dampak yang tidak mengenakkan ketika melewatkan beberapa pesan WA. Beberapa “pesanan” dalam bisnis saya mengalami pembatalan. Pelanggan merasa lama mendapatkan balasan ketika mengirimkan pesan kepada saya. Yang paling parah, ada beberapa kolega yang mengeluhkan kelambatan saya dalam membalas pesan WA. Ia melapor ke atasan saya. Alhasil, tanggung jawab dan kewenangan yang selama ini dipercayakan kepada saya, dipindahtangankan kepada kolega yang lain.

Pengalaman lambatnya membalas WA merupakan pelajaran yang sangat berharga. Perasaan sedih menghinggapi diri saya. Terutama ketika banyaknya “rezeki” yang terlewatkan. Belum lagi hilangnya kepercayaan. Reputasi saat ini dipengaruhi oleh “kecepatan” dan “kepastian” dalam merespon pesan singkat.

Ada juga cerita unik tentang pesan singkat. Salah satu ibu camat yang saya kenal pernah mengeluh. Ia bercerita tentang perasaannya ketika tidak mendapatkan pesan balasan dari seorang ibu pejabat. Ia menginterpretasikan tidak terbalasnya pesan WA dengan sikap tidak menghargai. Ibu camat ini merasa tidak mendapatkan balasan yang positif. Kesan ini ia ingat terus. Bahkan diceritakan kepada saya.

Pelajaran Berharga

Pelajaran berharga yang saya peroleh berupa: kemustahilan untuk meninggalkan aplikasi pesan singkat; pentingnya kecepatan merespon; pentingnya memberikan respon/balasan pesan WA; dan urgensi menjaga kewarasan di tengah banjir informasi.

Pertama, tidak mungkin kita meninggalkan aplikasi pesan singkat. Setiap orang dan hampir semua latar belakang profesi/jenis kelamin/usia membutuhkan keterhubungan dengan orang lain. Buktinya, masyarakat yang menggunakan internet untuk berkomunikasi via pesan singkat sebanyak 91,2. Artinya, 9 dari 10 orang yang menggunakan internet pasti berkomunikasi melalui aplikasi pesan singkat.

Kedua, kecepatan merespon pesan singkat sangatlah penting. Saya sudah ceritakan bagaimana ruginya saya ketika tidak merespon pesan singkat dengan cepat. Seolah-olah cepat-lamanya aliran rezeki ditentukan oleh cepat atau lambatnya membalas pesan singkat. Setiap pesan singkat yang dikirim maupun yang diterima dapat dilihat dengan jelas waktu pengirimannya. Terlambat membalas dua menit saja sudah terasa sangat lama. Berbeda di masa yang lalu. Orang di masa lalu terbiasa berkirim surat yang balasannya perlu waktu sampai dua minggu.

Ketiga, respon/balasan pesan WA perlu tetap diberikan. Untungnya, aplikasi WhatsApp saat ini menyediakan fitur respon berupa pilihan beberapa gambar/simbol emosi. Ada jempol, hati, orang menangis, dsb. Ini sangat membantu dalam merespon sebuah pesan yang datang. Kita jadi tidak terlalu pusing untuk memikirkan kata-kata yang perlu diketikkan. Selain itu menjadi lebih hemat waktu dalam membalas sebuah pesan.

Keempat, sepenting-pentingnya membalas pesan WA, saya dan anda perlu tetap menjaga kewarasan. Kita tidak perlu merasa bersalah ketika terlambat membalas pesan WA. Bahkan rasa bersalah juga perlu dihilangkan ketika ada pesan WA yang tertinggal untuk diberikan respon/balasan. Sebab, kita tidak wajib untuk selalu “online” selama 24 jam. Bagaimanapun juga, kita juga tidak dapat membalas pesan seketika.

Maka disini yang dapat kita lakukan adalah menyediakan waktu khusus dalam sehari untuk “chatting”. Kita adakan waktu untuk membalas dan mengobrol melalui WA. Idealnya ada dua waktu yang bisa kita gunakan untuk memeriksa WA, yaitu di pagi dan malam hari. Kita perlu memeriksa WA di pagi hari untuk melihat agenda yang akan dilakukan. Sementara malam hari untuk membalas pesan dan merencanakan agenda yang akan dilaksanakan esok hari.

Bersamaan dengan hal itu, kita juga perlu membiasakan membalas pesan seketika. Terutama pada pesan-pesan yang tidak membutuhkan pertimbangan untuk membalas. Bila ada pesan WA yang membutuhkan keputusan/pemikiran, kita dapat meminta waktu kepada pengirim pesan untuk memberikan respon/jawaban. Ini dapat membuat orang lain memahami diri kita.


Rahma Huda Putranto

Brajan, 24 Juli 2022

Comments

Baca Juga