Featured Post
- Get link
- X
- Other Apps
Bekal Anak Menghadapi Tantangan Masa Depan
Bapak Edy Purlani, Kepala UPT Disdikbud Kecamatan Borobudur mengawali sambutannya dalam kegiatan pembekalan calon pengawas UN dengan cerita yang menarik. Cerita ini menguraikan tentang tantangan guru dan ustadz/ustadzah dalam menghadapi anak masa kini. Tentu anak masa kini berbeda dengan anak masa lalu.
Pak Edi pernah mencari tahu penyebab mengapa anak masa kini berbeda. Dalam hal ini Pak Edi langsung menanyakan kepada murid-murid dari beberapa sekolah yang beliau kunjungi. Secara kongkrit beliau menanyakan "apa hal yang paling mengganggu ketika mempersiapkan diri menghadapi ujian, anak-anak?"
Mayoritas anak-anak menjawab bahwa tantangan terbesar dalam menghadapi ujian ada dua, yaitu TV dan HP.
TV dan HP kini menjadi tantangan tersendiri. Bagaimana tidak hampir setiap keluarga memiliki dua perangkat elektronik itu. Bahkan ada juga yang memiliki HP lebih dari satu. Semakin canggih HP semakin besar godaannya. Godaan untuk chatting, browsing, sampai iseng sekedar melihat video di youtube. Godaan dari kedua perangkat ini harus dihilangkan mengingat tantangan anak di masa depan kelak.
Bekal Masa Depan
Anak harus dibekali tiga hal dalam rangka menghadapi tantangan di masa depan. Bekal yang harus dimiliki anak untuk hidup pada masa sepuluh atau lima belas tahun kedepan adalah karakter, kompetensi, dan literasi.
Karakter terdiri dua jenis, yaitu karakter moral dan kerja. Karakter moral terdiri dari iman yg kokoh, ibadah yg taat, dan dzikir yang kuat. Karakter kerja berkaitan dengan etos kerja atau kesungguhan dalam menjalankan tugas pekerjaannya.
Selain karakter, yang dibutuhkan anak untuk menghadapi masa depan adalah kompetensi atau keahlian. Kompetensi inti yang harus dimiliki seseorang yang akan hidup di masa yang akan datang adalah kreativitas, inovasi, komunikasi dan elaborasi. Kompetensi inti ini harus ada di setiap kompetensi teknis. Kompetensi teknis biasanya berkaitan dengan profesi pekerjaan.
Kompetensi teknis apabila dikaitkan dengan kompetensi inti menjadi dua hal yang saling mendukung satu sama lain. Pengintegrasian kedua hal ini menjadikan penggunanya memiliki kelebihan dibanding teman kerjanya yang lain.
Misalnya seseorang memiliki kompetensi teknis sebagai seorang guru. Ia melengkapi kompetensi teknisnya ini dengan menambahkan kompetensi inti berupa kreativitas. Maka ia tidak hanya menjadi guru yang biasa saja. Yang pekerjaannya hanya mengajar dengan cara-cara yang begitu saja. Kreativitas yang dimilikinya membuat guru ini belajar cara-cara baru untuk mengajar. Cara baru dalam mengajar inilah yang menjadi pembeda dengan guru yang lain.
Bekal yang ketiga adalah literasi. Literasi secara sederhana diartikan sebagai keterbukaan terhadap wawasan baru. Literasi dapat melalui tahap mengumpulkan informasi, mengolah informasi, dan menggunakan informasi tersebut sesuai kebutuhannya. Sehingga literasi sering diidentikkan dengan membaca.
Anak-anak Indonesia saat ini belum menunjukkan minat membaca yang tinggi. Salah satu survey menyimpulkan bahwa hanya 17% anak Indonesia yang senang membaca. Yang 83% anak mengaku lebih senang menonton TV. Oleh karenanya perlu upaya untuk meningkatkan minat baca anak. Agar anak memiliki bekal kemampuan literasi yang siap digunakan untuk menghadapi tantangan di zamannya kelak.
Ketiga bekal yang disebutkan di atas dapat diasah dengan ilmu, seni, dan agama. Harapannya spiritual, emosi, raga dan kemampuan berpikir anak juga dapat berkembang. Seperti ungkapan dari Prof Mukti Ali bahwa dengan ilmu hidup terasa mudah, dengan seni hidup terasa indah, dan dg agama hidup jadi tertata.
- Get link
- X
- Other Apps
Comments
Post a Comment