Skip to main content

Featured Post

Profil Rahma Huda Putranto

Rahma Huda Putranto, S.Pd., M.Pd.  adalah Duta Baca Kabupaten Magelang yang   lahir di Magelang, pada tahun 1992, lulus dengan predikat cumlaude dari Jurusan S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Negeri Semarang tahun 2014. Pernah menempuh Program Magister Manajemen Pendidikan di Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. Selain itu, gelar magister bidang pendidikannya juga diperoleh melalui Program Magister Manajemen Pendidikan di Universitas Negeri Yogyakarta. Penulis pernah bekerja sebagai guru di SD Muhammadiyah Borobudur. Kemudian mendapat penempatan di SDN Giripurno 2 Kecamatan Borobudur sebagai Pegawai Negeri Sipil. Terhitung mulai tanggal 1 Maret 2018 mendapat tugas baru di SD Negeri Borobudur 1. Alamat tempat tinggal penulis berada di dusun Jayan RT 02 RW 01, Desa Borobudur, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Selain itu, penulis dapat dihubungi melalui email r_huda_p@yahoo.co.id. Penulis pernah mengikuti program Latihan Mengajar di Uni

Tujuan Hidup Ada Agar Lebih Bersemangat Mengarungi Hidup


Tujuan hidup menjadi alat untuk meningkatkan semangat hidup. Tanpa semangat, hidup tidak akan bisa dijalani dengan baik. Secara gamblang, tujuan hidup merupakan pemompa semangat yang berasal dari dalam diri.

Tujuan hidup merupakan bayangan/gambaran sesuatu yang ingin diraih seseorang di waktu yang akan datang. "Raih-an" yang diinginkan menunjukkan kalau tujuan hidup belum terwujud di dunia nyata. Jadi, izinkan saya menyamakan tujuan hidup dengan fiksi.

Fiksi yang saya maksud  adalah seperangkat pengetahuan/informasi yang diciptakan dalam benak manusia dan belum tentu berwujud di dunia nyata. Pemahaman mengenai fiksi ini saya peroleh dari buku "Sapiens" karya Yuval Noah Harari. Buku Sapiens menceritakan keberadaan "fiksi" dan dampaknya dalam peradaban manusia.

Yuval dalam buku Sapiens menjelaskan bahwa peradaban manusia berkembang karena adanya fiksi dalam hidupnya. Dalam kehidupan beragama, diciptakan "fiksi" tentang keberadaan surga dan neraka. Bayangan akan surga dan neraka itu membuat manusia berperilaku sebaik-baiknya di dunia ini.

Fiksi yang saya maksud disini berfokus pada keberadaan bayangan surga dan neraka di benak manusia. Sehingga, saya tidak bermaksud menafikkan adanya surga dan neraka. Karena surga dan neraka memang ada dan kita akan menjadi penghuninya setelah meninggal nanti.

Ada juga "fiksi" berupa cita-cita. Ada pemuda bercita-cita menjadi seorang polisi. Tentu ada bayangan dalam dirinya ketia ia berperan menjadi seorang polisi yang sebenar-benarnya. Bayangan inilah yang melecut semangat untuk mewujudkannya. Lantas ia temotivasi mempersiapkan diri untuk mengikuti seleksi anggota kepolisian.

Fiksi juga muncul dalam sejarah suatu bangsa. Terutama dalam usaha/perjuangan meraih kemerdekaan bangsanya. Para pejuang kemerdekaan memiliki "fiksi" mengapa kemerdekaan harus diraih. Ada bayangan di benaknya bahwa kehidupan di tengah kemerdekaan akan membawa kebebasan. Dimana bangsanya bisa bebas menentukan nasibnya sendiri.

Cerita di atas membuktikan bahwa "fiksi-fiksi" yang diciptakan manusia benar-benar dapat memompa semangat. Bahkan, manusia mau mengorbankan hidupnya untuk mewujudkan "fiksi-fiksi" tersebut. Fiksi/bayangan yang diciptakan manusia terbukti mampu menggerakkan manusia.

Oleh karenanya, tujuan manusia perlu dirumuskan agar manusia memiliki semangat hidup. Semua tujuan memang bersifat fiktif. Sebab, tujuan merupakan kondisi akhir yang diinginkan oleh seseorang. Makanya, ketka tujuan hidup sering disebut, diri ini akan tersugesti.

Diri ini akan meyakini tujuan yang "fiktif" akan terwujud. Yang terpenting, semakin jelas bayangan fiktif yang tergambarkan di benak seseorang, orang tersebut akan memiliki semangat berjuang yang lebih besar. Yuk, ingat-ingat tujuan hidup kita agar lebih bersemangat mengarungi hidup!

Comments

Baca Juga