Featured Post
- Get link
- Other Apps
Obati Pusing dengan Menulis Refleksi
Apa yang kau lakukan saat dirimu merasa "pusing"?
Ha, setiap orang pasti pernah mengalami pusing. Sebabnya sangat beragam. Ada yang pusing karena pekerjaan, hubungan dengan orang lain, keluarga atau masyarakat. Sebab pusing itu beragam. Bahkan kadang yang seharusnya tidak dipusingkan, malah jadi bikin pusing.
Kembali ke pertanyaan di atas. Apa yang dilakukan saat pusing? Saya kan menjawabnya dengan gamblang. Saat pusing, saya menulis. Menulis apa? Ya menuliskan apa yang terjadi.
Saya mencoba menulis apa yang sedang terjadi. Saya menuliskan perasaan saat sesuatu itu terjadi. Saya mencari pelajaran dari apa yang terjadi dan apa yang saya rasakan. Baru kemudian saya coba untuk putuskan apa yang akan saya lakukan setelah ini.
Paragraf di atas sebenarnya salah satu model refleksi. Model refleksi yang bernama 4F. 4F merupakan singkatan dari Facts, Feeling, Findings, dan Future. Model refleksi yang dikembangkan oleh Dr. Roger Greenaway ini bila diartikan dalam bahasa Indonesia menjadi seperti ini, peristiwa, perasaan, pembelajaran, dan penerapan. Oleh karenanya, ada yang menyebut model refleksi ini dengan 4P.
Menulis sesuai alur 4F ini cukup mudah. Kita tinggal menuliskan apa yang sedang terjadi. Penulisan yang sedang terjadi ini dilakukan dengan model 5W+1H. Peristiwa yang kita alami pasti tidak lepas dari emosi. Maka dari itu, penulisan "perasaan" perlu dilakukan.
Perasaan dituliskan dalam rangka menggandeng perasaan agar lebih terkendali. Terkadang dalam menghadapi peristiwa kita terbawa suasana hati. Suasana hati ini tidak dapat dinafikkan atau tidak dianggap. Perasaan ini tetap ada walau dianggap tidak ada. Maka mau tidak mau perasaan harus diterima dengan hati yang terbuka.
Setiap peristiwa pasti mengandung pembelajaran. Pembelajaran hanya dapat dipetik bila kita mengambil jarak dari peristiwa yang terjadi. Jarak ini dapat membuat diri kita melihat peristiwa lebih luas. Terkadang dunia ini terasa sempit karena kita tidak memberi jarak pada dunia.
Pemberian jarak akan membawa dunia terlihat lebih luas. Lebih jernih. Saya analogikan seperti saat kita melihat sapi dengan mata kita. Bila kita melihat sapi dengan jarak yang sangat dekat, kita hanya akan melihat bulu-bulu yang tumbuh di atas kulit sapi. Berbeda kalau kita mengambil jarak dalam melihat sapi. Sapi akan terlihat lebih utuh. Oh, sapi itu memiliki kepala, badan, ekor, telinga dan sebagainya.
Pembelajaran pun tidak bermakna bila tidak dibarengi dengan perubahan. Perubahan yang efektif dan efisien hanya akan timbul saat kita merencanakannya. Buat rencana perubahan dari pembelajaran atas peristiwa yang terjadi.
Semoga upaya menulis refleksi ini dapat menjadi jalan menggapai ketentraman batin, penambahan pembelajaran dan dasar untuk melompat lebih tinggi. Refleksi untuk merenungkan apa yang terjadi. Refleksi untuk modal peningkatan produktivitas diri.
Borobudur, 31 Oktober 2021
- Get link
- Other Apps
Comments
Post a Comment