Skip to main content

Featured Post

Profil Rahma Huda Putranto

Rahma Huda Putranto, S.Pd., M.Pd.  adalah Duta Baca Kabupaten Magelang yang   lahir di Magelang, pada tahun 1992, lulus dengan predikat cumlaude dari Jurusan S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Negeri Semarang tahun 2014. Pernah menempuh Program Magister Manajemen Pendidikan di Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. Selain itu, gelar magister bidang pendidikannya juga diperoleh melalui Program Magister Manajemen Pendidikan di Universitas Negeri Yogyakarta. Penulis pernah bekerja sebagai guru di SD Muhammadiyah Borobudur. Kemudian mendapat penempatan di SDN Giripurno 2 Kecamatan Borobudur sebagai Pegawai Negeri Sipil. Terhitung mulai tanggal 1 Maret 2018 mendapat tugas baru di SD Negeri Borobudur 1. Alamat tempat tinggal penulis berada di dusun Jayan RT 02 RW 01, Desa Borobudur, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Selain itu, penulis dapat dihubungi melalui email r_huda_p@yahoo.co.id. Penulis pernah mengikuti program Latihan Mengajar di Uni

Menggiling Biji Kopi dengan Blender dan Palu

Long weekend kali ini saya gunakan untuk bereksperimen dengan kopi. Eksperimen kopi ini berawal dari sekumpulan hasrat yang timbul setelah membaca serangkaian artikel di harian Kompas dengan tema kopi nusantara.

Tulisan ini seolah menantangku untuk mencoba kenikmatan setiap "sruputan" kopi panas. Keterbatasan pengetahuan dan pengalaman membuatku mencari informasi di Google. Sampailah pada informasi yang menyatakan bahwa kenikmatan kopi terbaik diperoleh dari biji kopi yang baru saja digiling.

Syarat pertama untuk membuktikan kenikmatan dari biji yang baru saja digiling adalah memiliki biji kopi. Saat ini keberadaan biji kopi ini masih berada di bayang-bayang. Dengan sedikit kenekatan, malam ini juga aku bertandang ke salah satu kafe kopi terdekat. Membeli biji kopi. Pilihan pertama jatuh di biji kopi Gayo. Namun karena habis, akhirnya aku membeli biji Kopi Mandailing. Pemilik kafe sempat bertanya kepadaku, "Di rumah ada alat giling, mas?"

"Mboten, mas. Mangkih pripun lah carane" jawabku setengah iseng.

Saya berpikir bahwa hakikat dari menggiling kopi adalah membuat biji kopi ini menjadi ukuran yang lebih kecil. Terlintas di dalam pikiran untuk menggunakan beberapa peralatan yang ada di rumah untuk menggiling kopi ini. Pilihan jatuh pada alat yang disebut palu dan blender. Hasilnya adalah sebagai berikut.

1. Menggiling Biji Kopi Menggunakan Palu
Penggunaan palu untuk menghaluskan biji kopi sungguh merepotkan. Suara yang dihasilkan terlalu berisik. Bentuk biji kopi yang dipecah tidak beraturan. Aroma kopi ketika diseduh tidak terlalu kuat. Rasa kopinya juga tidak terlalu berasa. Hal ini disebabkan ukuran pecahan biji kopi tidak teroksidasi dengan sempurna.

2. Menggiling Biji Kopi Menggunakan Blender
Saya pikir penggunaan blender akan menghasilkan kopi yang lebih enak daripada menggunakan palu. Penggunaan blender lebih mudah karena hanya memasukkan biji kopi ke blender kemudian memencet tombol. Namun butiran pecahan kopi yang dihasilkan tidak sama. Pecahan biji kopi ada yang halus, sedikit kasar dan kasar. Ketika diseduh pun tidak seenak kopi yang disajikan di warung kopi. Sekali lagi, ukuran yang tidak beraturan menyebabkan kenikmatan kopi tidak maksimal.

Kesimpulannya, jenis mata pisau pada mesin penggiling kopi dengan blender berbeda. Ketajaman mata pisau blender membuat hasil gilingan kopi terbagi menjadi tiga jenis. Yaitu halus, kasar dan sangat kasar. Berbeda dengan menggunakan mesin penggiling kopi baik manual atau otomatis dimana mata pisau penghalus tidaklah tajam. Sehingga pecahan biji kopi yang dihasilkan ukurannya bisa sama. Kesamaan ukuran inilah yang menjadi salah satu daya tarik kenikmatan meminum kopi.

Borobudur, Ahad pukul 00.47 WIB, 15 April 2018

Comments

Baca Juga