Skip to main content

Featured Post

Profil Rahma Huda Putranto

Rahma Huda Putranto, S.Pd., M.Pd.  adalah Duta Baca Kabupaten Magelang yang   lahir di Magelang, pada tahun 1992, lulus dengan predikat cumlaude dari Jurusan S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Negeri Semarang tahun 2014. Pernah menempuh Program Magister Manajemen Pendidikan di Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. Selain itu, gelar magister bidang pendidikannya juga diperoleh melalui Program Magister Manajemen Pendidikan di Universitas Negeri Yogyakarta. Penulis pernah bekerja sebagai guru di SD Muhammadiyah Borobudur. Kemudian mendapat penempatan di SDN Giripurno 2 Kecamatan Borobudur sebagai Pegawai Negeri Sipil. Terhitung mulai tanggal 1 Maret 2018 mendapat tugas baru di SD Negeri Borobudur 1. Alamat tempat tinggal penulis berada di dusun Jayan RT 02 RW 01, Desa Borobudur, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Selain itu, penulis dapat dihubungi melalui email r_huda_p@yahoo.co.id. Penulis pernah mengikuti program Latihan Mengajar di Uni

makna kehidupan: sesuaikan dirimu dengan lingkungan!

Dalam menjalani kehidupan yang diamanahkan oleh Allah SWT kepada manusia, manusia memiliki dua peran, yaitu sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Makhluk individu adalah perannya sebagai diri sendiri. Sedangkan peran sebagai makhluk sosial adalah peran manusia dalam menjalin hubungan dengan individu lain.

Dalam memainkan peranannya dalam kehidupan. Ada berbagai kebutuhan yang harus dipenuhi. Kebutuhan itu dapat dibagi sesuai dengan tujuan pemenuhan kebutuhan, apakah kebutuhan tersebut  untuk memenuhi kebutuhan sebagai individu atau sebagai mahkluk sosial. Kebutuhan manusia sebagai individu antara lain kebutuhan akan pangan, sandang dan papan. Sedangkan kebutuhan sebagai makhluk sosial salah satunya adalah berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Jadi untuk memuaskan kebutuhan sebagai makhluk sosial langkah pertama yang harus dilakukan adalah manusia tersebut harus bisa diterima oleh lingkungannya.

Ada kiat yang dapat digunakan agar kita dapat diterima oleh lingkungan. Yang harus kita lakukan adalah menumbuhkan kesadaran untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan, bukan malah kita memaksakan kehendak agar lingkungan yang harus menyesuaikan diri dengan kita. Karena kehendak tersebut akan membuat kita terkesan egois. Dan menjadi perkara yang mustahil ketika kita harus merubah lingkungan sekitar kita. Akan tetapi ada hal yang lebih mudah dan mungkin dilakukan, yaitu kita yang menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan kita.

Misalnya ketika kita di masjid. Di dalam masjid terdapat kipas angin dan lampu penerangan. Kipas angin sering dinyalakan karena memang kebanyakan dari jamaah banyak yang merasa gerah/ kepanasan. Ketika kita menjadi jamaah masjid tersebut tiba-tiba kita mematikan kipas angin karena alasan merasa kedinginan. Padahal jamaah lain merasa gerah dan membutuhkan kipas angin tersebut berputar.  Otomatis banyak pihak yang menegur kita. Teguran ini merupakan pertanda awal kalau kita merupakan orang yang tidak diterima oleh lingkungan. Teguran merupakan kesan negatif orang lain terhadap tindakan kita.

Dalam permisalan di atas, sebenarnya kita dapat menghindarkan diri dari rasa dingin dan teguran dari jamaah yang lain dengan cara menyesuaikan diri dengan keadaan. Yaitu, memosisikan diri untuk tidak terlalu dekat dengan kipas angin. Karena sekali lagi, Kita tidak bisa menyuruh kebanyakan orang untuk menyesuaikan dengan keadaan kita. dan kita akan dicap egois ketika kita hanya berusaha memenuhi kebutuhan kita sendiri dengan mengorbankan kebutuhan lingkungan. Bukankah lebih mudah dan nyaman kalu kita yang menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan dan orang lain?

Kesimpulannya, kunci untuk memenuhi kebutuhan sosial berupa penerimaan diri kita dengan individu lain/ lingkungan adalah kita harus menyesuaikan diri dengan lingkungan dan bukan malah sebaliknya!

_rubahlah arah gerak sayapmu ketika engakau tak mampu merubah arah angin_

Comments

Baca Juga