Skip to main content

Featured Post

Profil Rahma Huda Putranto

Rahma Huda Putranto, S.Pd., M.Pd.  adalah Duta Baca Kabupaten Magelang yang   lahir di Magelang, pada tahun 1992, lulus dengan predikat cumlaude dari Jurusan S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Negeri Semarang tahun 2014. Pernah menempuh Program Magister Manajemen Pendidikan di Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. Selain itu, gelar magister bidang pendidikannya juga diperoleh melalui Program Magister Manajemen Pendidikan di Universitas Negeri Yogyakarta. Penulis pernah bekerja sebagai guru di SD Muhammadiyah Borobudur. Kemudian mendapat penempatan di SDN Giripurno 2 Kecamatan Borobudur sebagai Pegawai Negeri Sipil. Terhitung mulai tanggal 1 Maret 2018 mendapat tugas baru di SD Negeri Borobudur 1. Alamat tempat tinggal penulis berada di dusun Jayan RT 02 RW 01, Desa Borobudur, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Selain itu, penulis dapat dihubungi melalui email r_huda_p@yahoo.co.id. Penulis pernah mengikuti program Latihan Mengajar di Uni

Era Baru, Kini Menalar, Bukan Menghafal

Belajar apa yang paling cocok untuk bekal masa depan? Pertanyaan ini cocok dilontarkan di era yang berkembang sangat cepat seperti saat ini. Apalagi hal baru yang dikira sangat bermanfaat, bisa terasa usang di masa yang akan datang.

Saya masih ingat betul ketika belajar komputer semasa SMP dulu. Kami diajarkan bagaimana caranya mengolah kata menggunakan Microsoft Word. Semua menu, simbol, dan hal-hal kecil lainnya diajarkan secara mekanis.

Semua bagian harus dihafal. Bahkan simbol "disket" fungsinya untuk apa ditanyakan di soal ujian komputer kala itu. Simbol yang mewakili fungsi penyimpanan ini menjadi menu tingkat "dewa." Karena simbol sakti ini bila lupa dipencet bisa bikin repot. Hasil pengetikan bisa tidak tersimpan.
Kini Menalar, Bukan Menghafal

Simbol disket untuk penyimpanan yang begitu penting dan bermanfaat kini tidak ditemukan kembali. Karena pengolah kata seperti Microsoft Word "model jadul" seperti itu telah digantikan dengan teknologi Microsoft 365 yang berbasis cloud. Artinya, setiap perubahan yang terjadi akan otomatis tersimpan. Imbasnya, kita tidak menemukan simbol disket kembali.

Konsep tombol penyimpanan yang kini tidak relevan menjadi pertanda bahwa konsep senantiasa berubah. Perubahannya pun cepat. Hanya dalam rentang beberapa tahun, simbol disket yang sepenting itu hilang. Maka ini menjadi pertanda kalau abad 21 menghafal tidak terlalu penting.

Pelajaran menghafal tidaklah relevan dengan zaman. Karena tidak mungkin kalau kita menghafal segala sesuatu. Misalnya menghafal tombol-tombol di sebuah aplikasi seperti contoh di atas. Perkembangan teknologi menghasilkan konsep baru. Konsep semakin cepat bermunculan. Ketika otak berhasilmenghafal, aplikasi yang dihafal sudah tidak relevan lagi. Begitu seterusnya.

Konsep itu penting. Namun ada yang lebih penting, yaitu bernalar. Penalaran lebih pada bagaimana konsep-konsep dihubungkan pikiran. Konsep di masa lalu yang kemudian dihubungkan dengan konsep baru jadilah kreatifitas. Kemampuan penalaran ini lebih penting daripada sekedar menghafal.

Pantas saja bila dunia kini berfokus pada pengembangan High Order Thingking Skills/ HOTS (Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi). HOTS tidak bercirikan pada hafalan. Namun pada keterampilan berfikir level tinggi yang meliputi kemampuan menganalisis, mengevaluasi dan mengkreasi.

Comments

Baca Juga