Cap-cap sering kita temui pada kehidupan sehari-hari. Saya kira cap-cap itu hanya saya temui sewaktu kecil dulu. Tapi ternyata sekarang saya baru menyadari kalau saya masih percaya pada cap-cap tertentu.
Saya ketika masih sekolah dasar dicap sebagai anak yang biasa-biasa saja. Saya termasuk anak yang terlambat bisa membaca. Saya baru bisa membaca di penghujung kelas 1.
Saya pun pernah dicap sebagai anak yang "nyelelek." Tepatnya oleh guru kelas 4 saya. Uniknya guru tersebut pernah menjadi rekan kerja saya selama beberapa tahun ini. nDilalah-nya lagi, saya percaya dengan cap tersebut. Bukannya sembuh dengan tidak nyelelek, eh, malah tambah nyelelek. Puncak nyelelek ini saya sampai kepala saya "di-kethak."
Cerita di atas jadi sekelumit kisah tentang cap negatif. Tapi saya juga pernah memiliki pengalaman dicap positif. Saya pernah dicap sebagai seorang yang murah senyum.
Cap itu saya dapatkan ketika anak-anak mahasiswa baru mengisi kuesioner tentang saya. Cap tersebut membuat saya semakin sumringah untuk tersenyum kepada siapa saja. Untuknya saya tidak tersenyum kapan saja. Kalau tersenyum kapan saja bisa dikira orang gila. Hhha
Cap Masa Kini
Setelah sekian lama saya tak memperhatikan cap-cap diri saya, saya sempat terpengaruh atas cap pada diri saya. Ini berawal dari orang lain. Sialnya saya kok sempat begitu percaya.
Beberapa waktu lalu saya mendengar cerita dari seorang teman. Teman saya ini menceritakan pembicaraan beberapa orang tentang saya. Saya mendapat cap ini-itu.
Ini membuatku shocked. Sempat mempengaruhiku beberapa minggu terakhir. Saya baru sadar setelah merenung dan membaca buku 7 habits-nya Sean Covey.
Yang salah bukanlah orang yang membicarakan keburukan dan cap negatif pada saya. Kesalahan saya kenapa saya harus percaya pada cap-cap itu. Kalau tidak percaya pada cap-cap negatif itu semua akan berjalan biasa dan baik-baik saja.
Sebenarnya cap negatif tidaklah mempengaruhi hidup kita. Yang mempengaruhi hidup kita adalah sikap kita sendiri. Sikap yang mempercayai cerita atau cap negatif lah yang membuat semuanya semakin buruk.
Lantas bagaimana kalau ada orang yang menceritakan keburukan kita? Yah, biarkan saja. Jangan terpengaruh pada pandangan-pandangan negatif itu. Yang harus kita lakukan adalah membuktikan dengan perkataan dan tindakan yang lebih baik. Dengan niat tulus-ikhlas, kita berbuat yang terbaik.
Comments
Post a Comment