Skip to main content

Featured Post

Profil Rahma Huda Putranto

Rahma Huda Putranto, S.Pd., M.Pd.  adalah Duta Baca Kabupaten Magelang yang   lahir di Magelang, pada tahun 1992, lulus dengan predikat cumlaude dari Jurusan S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Negeri Semarang tahun 2014. Pernah menempuh Program Magister Manajemen Pendidikan di Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. Selain itu, gelar magister bidang pendidikannya juga diperoleh melalui Program Magister Manajemen Pendidikan di Universitas Negeri Yogyakarta. Penulis pernah bekerja sebagai guru di SD Muhammadiyah Borobudur. Kemudian mendapat penempatan di SDN Giripurno 2 Kecamatan Borobudur sebagai Pegawai Negeri Sipil. Terhitung mulai tanggal 1 Maret 2018 mendapat tugas baru di SD Negeri Borobudur 1. Alamat tempat tinggal penulis berada di dusun Jayan RT 02 RW 01, Desa Borobudur, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Selain itu, penulis dapat dihubungi melalui email r_huda_p@yahoo.co.id. Penulis pernah mengikuti program Latihan Mengajar di Uni

Tingkatkan Etos Kerja Sembari Mendisiplinkan Diri


Xixixi, etika protestan pertama kali saya baca di buku “Kiai Ahmad Dahlan: Jejak Pembaruan Sosial dan Kemanusiaan”. Buku terbitan Penerbit Buku Kompas ini memuat tulisan dari intelektual yang bernama Sukidi. Artikel Sukidi yang menyinggung Etika Protestan saat ini masih dapat dibaca secara online. Silahkan “googling” saja “Etika Protestan Muslim Puritan Muhammadiyah sebagai Reformasi Islam Model Protestan”.

Etika Protestan seringkali dikaitkan dengan kapitalisme. Hal ini merujuk pada buku karya Max Weber yang dalam versi bahasa Indonesianya berjudul Etika Protestan dan Spirit Kapitalisme. Etika Protestan menjadi faktor utama berkembangnya kapitalisme. Walau sekarang kapitalisme telah melupakan Etika Protestan tersebut.

Etika Protestan diawali dengan kegalauan sebagian masyarakat tentang apakah dirinya masuk surga atau neraka. Bila mereka nantinya masuk surga, apa tanda-tandanya. Pun ketika nantinya mereka masuk neraka, adakah tanda-tanda yang dapat dikenali selama di dunia?

Kecemasan ini akhirnya membawa para calvinis pada “tanda-tanda” keselamatan. Keselamatan ditandai dengan banyaknya harta kekayaan yang dapat diperoleh selama hidupnya. Jadi, dapat dikatakan kalau mereka dicintai Tuhan bila berhasil meraih kekayaan sebanyak-banyaknya.

Hal inilah yang melahirkan sikap etos kerja. Mereka bekerja keras untuk meraih kesuksesan. Mereka rela bekerja keras untuk mendapatkan “jaminan” dan tanda sebagai bagian orang-orang yang selamat.

Etos kerja ini melahirkan semangat disiplin diri (asketisme). Kedisiplinan diri diwujudkan dalam sikap hidup berhemat. Sementara itu, keuntungan yang diperoleh selanjutnya diinvestasikan kembali dalam bentuk modal. Modal ini yang kemudian bergulir semakin besar. Praktik perputaran modal yang diinvestasikan kembali dalam bentuk modal inilah yang saat ini kita kenal sebagai prinsip dasar kapitalisme.

Dari beberapa penjelasan diatas tentang etika protestan, saya tertarik dengan etos kerja dan disiplin diri. Etos kerja menjadi sesuatu yang harus diasah terus-menerus. Terutama di era digital yang memanjakan setiap orang. Setiap orang saat ini sering melupakan kerja keras. Inginnya instan, serba cepat dan mudah.

Disiplin diri juga menjadi sikap yang patut dicontoh di masa sekarang. Disiplin diri dalam bentuk asketisme (berpantang) diperlukan. Terutama untuk mencegah hidup yang menghambur-hamburkan harta kekayaan. Sebenarnya masih banyak hal dari Etika Protestan yang dapat kita contoh. Terutama bila teman-teman pembaca mau membaca tulisan Sukidi yang terbit pada tahun 2005 lalu, “Etika Protestan Muslim Puritan Muhammadiyah sebagai Reformasi Islam Model Protestan”.


Rahma Huda Putranto, 4 Januari 2022

Comments

Baca Juga