Skip to main content

Featured Post

Profil Rahma Huda Putranto

Rahma Huda Putranto, S.Pd., M.Pd.  adalah seorang Kandidat Doktor di Bidang Pendidikan dan Duta Baca Kabupaten Magelang yang   lahir di Magelang, pada tahun 1992, lulus dengan predikat cumlaude dari Jurusan S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Negeri Semarang tahun 2014. Pernah menempuh Program Magister Manajemen Pendidikan di Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. Selain itu, gelar magister bidang pendidikannya juga diperoleh melalui Program Magister Manajemen Pendidikan di Universitas Negeri Yogyakarta. Kini sedang menempuh studi doktoral di Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. Penulis pernah bekerja sebagai guru di SD Muhammadiyah Borobudur. Kemudian mendapat penempatan di SDN Giripurno 2 Kecamatan Borobudur sebagai Pegawai Negeri Sipil. Terhitung mulai tanggal 1 Maret 2018 mendapat tugas baru di SD Negeri Borobudur 1. Alamat tempat tinggal penulis berada di dusun Jayan RT 02 RW 01, Desa Borobudur, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tenga...

Kenangan Hangat Bersama Pejuang Pendidikan: Bapak H. Yuli Samsulloh, M.Pd.

Rutinitas pagi itu terasa berbeda. Jemari ini lincah membuka layar ponsel, menelusuri pesan-pesan di grup WhatsApp. Sebagai seorang kepala sekolah, informasi mendadak dari dinas atau tempat lain perlu diantisipasi, mengingat jarak tempuh ke sekolah yang lumayan jauh.

Di antara notifikasi yang muncul, terdapat kabar duka:

BERITA LELAYU

Assalamualaikum, Inna lillahi wa inna ilaihi roji'un. Telah berpulang ke rahmatullah Bapak H. Yuli Syamsulloh, M.Pd bin Romli Sudiatmo (Mantan Kabid GTK), pada hari Jumat Pahing, 25 April 2025, pukul 02.18 WIB di RSUP Kariadi Semarang. Beliau wafat dalam usia 61 tahun. Kami memohon doa semoga almarhum husnul khatimah, diampuni segala dosanya, dan diterima amal sholihnya di sisi Allah SWT. Aamiin.

Wassalamualaikum wrwb

Kabar ini terasa begitu tiba-tiba, meski baru dua hari sebelumnya seorang senior mengabarkan kondisi kesehatan beliau pascaoperasi usus dan memohon doa dari kami semua.

Perjumpaan pertama saya dengan Bapak Yuli terjadi sekitar tahun 2013. Saat itu, masih berstatus mahasiswa S-1 PGSD Unnes, saya menyambangi kediaman beliau di Sawitan, tak jauh dari rumah saya di Borobudur. Kunjungan itu sekadar menemani seorang senior. Namun, malam itu meninggalkan kesan mendalam. Sambutan hangat beliau, senyumnya yang tulus, dan pesan yang beliau sampaikan terasa bagai doa yang kini menjadi kenyataan: "Segera lulus, Mas, nanti kembali ke Magelang."

Beliau kemudian berbagi kisah perjuangannya di dunia pendidikan Kabupaten Magelang. Pengalamannya bertugas membentang dari lereng Sumbing hingga Merbabu. Kala itu, beliau masih aktif sebagai pengawas sekolah.

Dalam pertemuan itu pula, saya mendapati sebuah kejutan. Putra pertama Bapak Yuli, Mbak Adnin, ternyata adalah kakak kelas saya di SMA Negeri 1 Muntilan. Sosok aktivis pramuka yang langsung menyapa saya dengan celetukan khas, "gedhang goreng". Sebuah memori lucu tentang insiden "Gedang Ganthet" saat kegiatan pramuka, di mana interpretasi kreatif saya terhadap tugas membawa pisang justru berujung pada hukuman menghabiskan "gedhang goreng" buatan sendiri.

Takdir mengantarkan saya kembali ke Magelang setelah lulus kuliah dalam waktu singkat. Restu ibu dan takdir CPNS membawa saya menjadi seorang guru di kabupaten ini. Sebuah garis kehidupan yang saya syukuri, dan saya yakini tak lepas dari doa tulus Bapak Yuli di malam perjumpaan itu.

Setelah menjadi guru, frekuensi pertemuan dengan Bapak Yuli semakin sering. Beliau menjelma menjadi sosok pengayom bagi kami, para guru muda. Kehangatan pengayoman itu sangat terasa ketika saya mendapat panggilan dari seorang pejabat eselon 3 yang mempertanyakan langkah saya melanjutkan studi S-2. Bapak Yuli, yang mengetahui situasi tersebut, memberikan petunjuk dan arahan yang sangat berharga. Sebagai guru baru yang bertugas di pelosok Pegunungan Menoreh, bimbingan beliau bagai oase di tengah kebingungan. Berkat nasihatnya, pemanggilan itu berjalan lancar.

Semangat Bapak Yuli terhadap ilmu pengetahuan sangatlah membekas. Beliau selalu antusias menyambut guru yang ingin melanjutkan studi. Kisah perjalanan pendidikannya dari S-1 hingga S-2 sering beliau bagikan. Bahkan, teori-teori Manajemen Pendidikan yang beliau kuasai masih sangat relevan dan menarik untuk diperbincangkan, apalagi bidang studi S-2 kami pun sama.

Peristiwa lain yang tak terlupakan terjadi di tahun 2018. Sebuah surat tugas "pindah" sekolah menggemparkan banyak pihak. Bagaimana mungkin, saya, seorang guru dengan masa kerja 3,5 tahun bisa dimutasi ke sekolah yang sangat dekat dengan rumah? Kecurigaan dan tudingan miring tak terhindarkan. Orang mengira saya ada lobi-lobi di balik keputusan ini.

Dalam kegalauan menghadapi isu yang tidak benar ini, Bapak Yuli kembali hadir sebagai penenang. Beliau menunjukkan secarik memo bertuliskan tangan seorang pejabat, yang mencantumkan nama saya dan unit kerja baru. Memo yang jika saya perlihatkan, pasti akan membungkam pihak-pihak yang mempertanyakan. Memo itu tetap saya simpan sebagai pengingat akan kebaikan beliau.

Sejak saat itu, hubungan saya dengan Bapak Yuli semakin erat. Hingga beliau diamanahi jabatan sebagai Kabid Pembinaan PTK oleh Bapak Bupati Magelang, banyak sekali cerita inspiratif yang bisa saya torehkan tentang beliau. Bahkan setelah purna tugas dan aktif di IPPK Kabupaten Magelang, setiap kali bertemu, sapaan hangat beliau tak pernah berubah.

Kini, saya hanya bisa menyampaikan duka yang mendalam atas kepergian Bapak H. Yuli Samsulloh. Sosok yang begitu baik hati, rendah hati, dan sangat peduli pada perkembangan generasi muda telah kembali ke sisi Sang Khalik. Doa tulus saya panjatkan, semoga Bapak Yuli husnul khatimah, segala amal kebaikan beliau diterima dan dilipatgandakan, serta diampuni segala khilafnya. Kepada keluarga yang ditinggalkan, semoga Allah SWT memberikan ketabahan dan kekuatan untuk melanjutkan cita-cita mulia beliau di dunia pendidikan.

ditulis di RS Merah Putih, 25 April 2025

Rahma Huda Putranto

(Foto diatas saya ambil pada 18 Juli 2018.)

Comments

Baca Juga