Skip to main content

Featured Post

Profil Rahma Huda Putranto

Rahma Huda Putranto, S.Pd., M.Pd.  adalah Duta Baca Kabupaten Magelang yang   lahir di Magelang, pada tahun 1992, lulus dengan predikat cumlaude dari Jurusan S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Negeri Semarang tahun 2014. Pernah menempuh Program Magister Manajemen Pendidikan di Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. Selain itu, gelar magister bidang pendidikannya juga diperoleh melalui Program Magister Manajemen Pendidikan di Universitas Negeri Yogyakarta. Penulis pernah bekerja sebagai guru di SD Muhammadiyah Borobudur. Kemudian mendapat penempatan di SDN Giripurno 2 Kecamatan Borobudur sebagai Pegawai Negeri Sipil. Terhitung mulai tanggal 1 Maret 2018 mendapat tugas baru di SD Negeri Borobudur 1. Alamat tempat tinggal penulis berada di dusun Jayan RT 02 RW 01, Desa Borobudur, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Selain itu, penulis dapat dihubungi melalui email r_huda_p@yahoo.co.id. Penulis pernah mengikuti program Latihan Mengajar di Uni

Memiliki, Mencicipi, Memberi kemudian Berserah Diri

“Jika engkau memutuskan untuk mencintai orang lain, maka engkau harus segera membuat rencana untuk memberi!”

Ungkapan di atas akan lebih seru bila dikonfrontasikan dengan pertanyaan, “lebih enak mana, dicintai atau mencintai?”. Pertanyaan ini sederhana, hanya memilih antara dicintai atau mencintai. Menjadi hal yang mengenakkan bila seseorang itu bisa selalu mencintai sekaligus dicintai. Kesempatan untuk selalu mencintai sekaligus dicintai hanya ada di cerita-cerita fiktif seperti serial FTV, film cinta, ataupun novel remaja.

Mengapa aku berani berkata kalau hanya fiktif, kita lihat kenyataannya di dunia ini. Ternyata ketimpangan, ketidak adilan, diskriminasi, dan kesenjangan itu tidak hanya ditemui di bidang hukum, ekonomi, maupun antropologi-sosiologi. Namun juga terjadi di dunia percintaan. Lihat saja berapa orang yang hancur, berapa orang yang terjun dari gedung tinggi, berapa orang yang menenggak racun tikus, berapa orang yang menggantungkan diri pada seutas tali, yang semua itu terjadi karena cinta.

Kasus tersebut sering terjadi karena “cinta yang bertepuk sebelah tangan”. Bertepuk sebelah tangan memiliki maksud bahwa dia hanya mencintai namun tidak dicintai. Kenapa bisa terjadi? Melalui pepatah berikut orang Arab berusaha untuk menjelaskannya “Kecintaanmu terhadap sesuatu akan membuatmu buta dan tuli”.
Namun, di sisi orang dicintai biasanya membahagiakan. Membahagiakan karena tanpa mengeluarkan banyak energi seperti orang yang mencintai, dia (baca: yang dicintai) bisa mendapatkan cinta dengan kadar yang “tumpeh-tumpeh”.

Namun sebenarnya, ketika disuruh memilih salah satu antara dicintai atau mencintai, lebih seru kalau mencintai. Orang yang dicintai cenderung pasif, berbeda dengan keaktifan orang yang mencintai. Mencintai membuat orang untuk selalu berfikir, selalu bergerak, dan selalu berusaha untuk mendapatkan apa itu cinta yang sebenar-benarnya.

Secara singkat dapat dikatakan bahwa mencintai itu lebih menantang! Tantangan orang mencintai adalah nyawa taruhannya seperti sudah dijelaskan di atas pada kasus-kasus cinta yang bertepuk sebelah tangan. Lelaki cenderung menyukai tantangan. Mungkin ini menjadi salah satu penyebab kenapa cowok lebih agresif untuk mendapatkan cinta dari seorang cewek.

Contoh kongkritnyanya adalah ada lelaki yang banyak dikejar-kejar cewek, namun menolak semua cewek yang menawarkannya cinta kemudian lebih memilih untuk mengejar cewek lain yang hatinya belum jelas cenderung pada cowok tersebut. Fenoma cowok lebih suka mengejar cewek lain dari pada menerima cinta dari cewek yang mengejar dan yang sudah pasti memberikannya cinta adalah karena pada umumnya cowok lebih suka pada tantangan! Semakin banyak resiko yang harus dikorbankan, semakin besar semangatnya untuk mendapatkan cinta dan perhatian dari cewek tersebut.

Ada pemikiran yang harus ditekankan pada para lelaki yang menyukai tantangan agar tidak termakan dan menjadi korban cinta seperti kasus cinta yang bertepuk sebelah tangan seperti di atas. Lelaki harus menekankan pemikirannya bahwa tidak bisa memaksa seorang wanita untuk mencintainya seketika. Pada konteks ini, wanita menjadi pihak yang dicintai, dan pria  menjadi pihak yang mencintai. Pihak dicintai memiliki hak untuk menerima. Sedangkan pria hanya bisa berusaha.

Wujud usaha yang bisa dia lakukan agar si cewek mau menerima cintanya adalah dengan memberi! Selanjutnya, Engkau tidak akan bisa memberi kalau sebelumnya tidak memiliki. Kalau kau mau memberinya cinta maka kamu harus memiliki cinta. Agar tidak gagal dalam perjuanganmu, maka kamu harus mengumpulkan cinta sebanyak-banyaknya untuk dikorbankan. Tidak ada perjuangan tanpa pengorbanan. Jadi ketika cintamu ditolak, kamu masih memiliki banyak cadangan cinta untuk diberikan kembali.

 Selain itu, lihatlah dan rasakan kembali apakah cintamu ini cocok untuknya. Perumpaannya seperti ini, cinta adalah ketika seorang istri membuatkan secangkir kopi yang panas untuk suaminya, lalu sebelum dihidangkan dia ambil sendok dan mencicipinya sedikit untuk memastikan apakah kopi tersebut terlalu panas atau tudak dan terlalu manis atau tidak.

Pada akhirnya, ketika sudah mengetahui apa itu memberi, memiliki, mencicipi cinta yang pantas diberikan, Maka kita akan berkata “Inilah cinta, cinta yang tidak rumit seperti yang dirasakan”.
Kesimpulannya adalah dimensimu hanyalah berusaha untuk mencintai. Pada akhirnya nanti, kamu dicintai atau tidak serahkan saja hasilnya pada Dzat yang membolak-balikkan hati!
Kesimpulan yang lain:
“kadang seorang perempuan memasang dinding yang tinggi dan tebal, bukan untuk menunjukkan dirinya angkuh, namun menunggu seorang pangeran hati untuk membuka pintu hatinya dengan mengetok pintu dan mengucapkan salam terlebih dahulu”.
“mencintai seseorang seperti menggapai bulan. Kita tahu bahwa itu sulit, namun kita akan tetap berusaha untuk menggapai bulan tersebut karena sulit bukan berarti tidak mungkin!”.
“hasil selalu seukuran dengan penderitaan dan kesabaran yang dilakukan untuk mendapatkan hasil tersebut”

...

Terima kasih Tuhan atas hikmah yang kau berikan selama satu minggu ini. Sungguh aku merasa seperti cuaca Kota Semarang satu minggu ini, lebih banyak hujan dan gelap disertai dengan angin yang semuanya tidak menentu. Dan aKhirnya aku semakin memahami makna kata muslim, yaitu hamba yang berserah diri.
....

Comments

Baca Juga