Skip to main content

Featured Post

Profil Rahma Huda Putranto

Rahma Huda Putranto, S.Pd., M.Pd.  adalah Duta Baca Kabupaten Magelang yang   lahir di Magelang, pada tahun 1992, lulus dengan predikat cumlaude dari Jurusan S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Negeri Semarang tahun 2014. Pernah menempuh Program Magister Manajemen Pendidikan di Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. Selain itu, gelar magister bidang pendidikannya juga diperoleh melalui Program Magister Manajemen Pendidikan di Universitas Negeri Yogyakarta. Penulis pernah bekerja sebagai guru di SD Muhammadiyah Borobudur. Kemudian mendapat penempatan di SDN Giripurno 2 Kecamatan Borobudur sebagai Pegawai Negeri Sipil. Terhitung mulai tanggal 1 Maret 2018 mendapat tugas baru di SD Negeri Borobudur 1. Alamat tempat tinggal penulis berada di dusun Jayan RT 02 RW 01, Desa Borobudur, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Selain itu, penulis dapat dihubungi melalui email r_huda_p@yahoo.co.id. Penulis pernah mengikuti program Latihan Mengajar di Uni

Persiapan Orang Tua Membersamai Anak di Tahun Ajaran Baru


BEBERAPA
daerah di Indonesia mengawali tahun ajaran baru minggu ini. Sebagian wilayah di Indonesia tampaknya masih menerapkan pembelajaran tatap muka. Hal ini disebabkan adanya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat. Kegiatan pembelajaran di wilayah level 3 dan 4 tidak diperkenankan tatap muka.

Masyarakat terutama orang tua harus menyesuaikan diri dengan kebijakan ini. Walaupun banyak orang tua yang menginginkan anaknya dapat belajar secara tatap muka di sekolah. Belajar dari rumah masih menjadi pilihan terbaik untuk saat ini. Penyebaran virus Covid-19 yang belum terkendali, adanya mutasi virus, meningkatnya jumlah pasien di rumah sakit menjadi sedikit alasan untuk membiarkan anak tidak ke sekolah. 

Dengan demikian, penyesuaian diri orang tua harus dilakukan. Terutama dalam mempersiapkan anak untuk belajar dari rumah. Dengan demikian, orang tua wajib mendampingi anak ketika pembelajaran di rumah. Pendampingan penting dilakukan walau pembelajaran daring sudah dilaksanakan selama tiga semester.

Penyesuaian diri lebih baik daripada meratapi keadaan. Penyesuaian diri memang harus selalu dilakukan. Dinamika penyebaran virus dan berbagai penemuan baru memaksa siapa saja untuk menyesuaikan diri. Penyesuaian diri menjadi wujud optimisme orang tua. Selanjutnya orang tua dapat proaktif dalam membersamai anak belajar dari rumah.

Orang tua tidak harus selalu membersamai anak. Maksudnya tidak perlu membersamai belajar selama berjam-jam. Menurut harian Kompas, orang tua dalam membersamai anak belajar dari rumah paling tidak selama 20 menit tiap harinya.

Orang tua pun perlu mengajak anak berdialog. Dialog dibutuhkan untuk menciptakan kesadaran. Kesadaran akan tanggung jawab belajar dalam diri anak. Selain itu, kesadaran memahami keadaan sangatlah penting bagi siswa.

Sesudah itu, orang tua mendiskusikan jadwal harian bersama anak. Jadwal harian menjadi bentuk "kesepakatan" antara orang tua dan anak. Harapannya, anak memahami bahwa pada jam-jam tertentu terdapat tanggung jawab untuk belajar.

Orang tua bersama anak membuat jadwal harian untuk memberikan "batas" kegiatan selama di rumah. Ada waktu untuk belajar. Namun ada juga waktu untuk bermain/beraktivitas lainnya. Jadwal ini pun dapat meningkatkan tanggung jawab anak.

Yang tak kalah penting, orang tua perlu memberikan tempat khusus untuk belajar. Tempat belajar disini tidak harus satu ruangan khusus. Sudut atau sisi ruangan pun dapat digunakan untuk tempat khusus belajar. Yang paling penting, anak merasa nyaman belajar di tempat tersebut.

Keberhasilan belajar dari rumah juga dipengaruhi oleh media dan sumber belajar. Media belajar untuk pembelajaran dari rumah umumnya berupa gawai. Gawai yang ada tidak perlu memiliki spesifikasi "dewa". Spesifikasi gawai dapat disesuaikan dengan kebutuhan atas aplikasi pembelajaran yang dipakai.

Gawai yang terlalu canggih berpotensi disalahgunakan. Sebab tak menutup kemungkinan anak meminta gawai dengan spesifikasi tertentu hanya agar dapat meng-install gim. Padahal tidak semua gim mendukung proses belajar dari rumah.

Selain itu, sumber belajar berupa buku perlu disediakan oleh orang tua. Buku tidak selamanya harus diperoleh dengan cara membeli. Buku dapat dipinjam dari perpustakaan sekolah. Bisa juga "meminjam" dari kakak kelasnya.

Simpulannya, persiapan menghadapi tahun ajaran baru harus dilakukan. Mungkin ada yang beranggapan persiapan ini tidak diperlukan lagi. Alasannya sudah tiga semester belajar dari rumah. Ada yang berargumen belajarnya "cukup seperti kemarin-kemarin". Memang tidak salah dengan argumen tersebut. Namun, bukankah hari esok harus lebih baik dari hari kemarin?


Rahma Huda Putranto

Ketua Bidang Informasi dan Komunikasi Pengurus PGRI Kabupaten Magelang.

Comments

  1. Selama setahun lebih ini hrs dampingi anak belajar, sbnrnya aku udah jadi biasa mas :D. Walopun masih sering keluar tanduk kalo udh ga sabar ngajarin hahahahah.

    Tapi memang Krn anakku msh SD kls 3, dan adeknya msh TK, mau ga mau aku dampingin trus selama jam belajarnya. Untungnya Krn sekolah di negeri, ibu gurunya LBH srg ksh materi via wa. Ga lewat zoom. Aku sih malah seneng.

    Semua kebutuhan buku , hp dll, untungnya mereka punya masing2, jadi ga saling ganggu satu sama lain. Aku juga bisa lebih fokus ngajarinnya. Kasian memang Ama kluarga yg hp cuma 1 dipake bersama. Itu banyak sih di antara temen2 anakku. ATO kuota yg kurang utk ngirim2 tugas. Makanya kalo di wa grub , ortunya banyak yg ngeluh begitu :(. Aku bersyukur ga ngalamin. Semoga sih anak2 bisa secepetnya dpt vaksin buat yg umur 12 ke bawah, dan sekolah bisa normal lagi

    ReplyDelete

Post a Comment

Baca Juga