Skip to main content

Featured Post

Profil Rahma Huda Putranto

Rahma Huda Putranto, S.Pd., M.Pd.  adalah Duta Baca Kabupaten Magelang yang   lahir di Magelang, pada tahun 1992, lulus dengan predikat cumlaude dari Jurusan S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Negeri Semarang tahun 2014. Pernah menempuh Program Magister Manajemen Pendidikan di Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. Selain itu, gelar magister bidang pendidikannya juga diperoleh melalui Program Magister Manajemen Pendidikan di Universitas Negeri Yogyakarta. Penulis pernah bekerja sebagai guru di SD Muhammadiyah Borobudur. Kemudian mendapat penempatan di SDN Giripurno 2 Kecamatan Borobudur sebagai Pegawai Negeri Sipil. Terhitung mulai tanggal 1 Maret 2018 mendapat tugas baru di SD Negeri Borobudur 1. Alamat tempat tinggal penulis berada di dusun Jayan RT 02 RW 01, Desa Borobudur, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Selain itu, penulis dapat dihubungi melalui email r_huda_p@yahoo.co.id. Penulis pernah mengikuti program Latihan Mengajar di Uni

Memaknai Kemerdekaan Diri


Seseorang seringkali terjebak pada slogan "merdeka". Kata merdeka kemudian diartikan secara sempit dengan makna terbebas dari perintah atau ketentuan.

Kata merdeka juga identik dengan terbebas dari paksaan orang lain. Merdeka dari ketentuan-ketentuan yang mengekang. Pemaknaan ini sangat identik dengan konsep kemerdekaan dari penjajahan bangsa lain.

Suatu negara yang terjajah sangat terkekang dengan adanya aturan-aturan dari negara penjajah. Kehendaknya menjadi tidak bebas. Semuanya harus ada "restu" atau perintah dari negara penjajah. Negara terjajah tidak bebas dalam menentukan nasibnya sendiri.

Pemaknaan seperti di atas tidak salah. Apalagi kalau dikaitkan dengan konsep merdeka atas diri sendiri. Diri sendiri terbebas dari perintah, kehendak atau ketentuan dari pihak-pihak lain. Lantas, ia memiliki kekuasaan untuk menentukan pilihan-pilihannya sendiri.

Saat menentukan pilihan-pilihannya sendiri inilah konsep merdeka dalam diri mengalami kejanggalan makna. Orang yang bebas menentukan pilihannya seringkali terjebak pada keinginan diri yang tidak produktif. Seseorang dengan mudah meneriakkan kemerdekaan diri hanya untuk "kabur" dari tanggung jawab.

Saya punya pengalaman khusus tentang "kabur" dari tanggung jawab. Saya suatu ketika pernah menolak penugasan. Alasannya agar saya bisa beristirahat. Saya ungkapkan kalau "istirahat" ini saya butuhkan untuk mengoptimalkan penugasan-penugasan selanjutnya.

Eh, usut punya usut, ternyata saya malah terlena pada kemerdakaan saya untuk memilih. Saya terlampau sering beristirahat. Sampai-sampai saya mengatakan kepada orang yang berusaha memerintah saya dengan alasan kemerdekaan, "saya tidak mau diperintah, sebab saya seorang individu merdeka. Bebas melakukan apa saja."

Seharusnya saya menggunakan kesempatan "kemerdekaan diri" ini untuk meningkatkan kualitas diri. Bukan malah menjadikan slogan merdeka ini untuk membenarkan diri ketika memilih pilihan yang keliru. Disini butuh kesadaran untuk memperbaharui konsep kemerdekaan diri.

Merdeka itu bukan terbebas dari segala perintah. Akan tetapi, merdeka berarti kecakapan untuk memerintah diri sendiri. Memerintah diri sendiri menjadi landasan untuk bebas/merdeka memilih berbagai macam pilihan yang ada.

Comments

Baca Juga