Featured Post
- Get link
- Other Apps
Mengapa Memilih Bangunan Semi Permanen
Tonggak sejarah dimulai. Saya bersama istri memutuskan untuk membangun sebuah ruang usaha. Pembangunan ruang usaha ini memanfaatkan sepetak tanah kosong di jalan alternatif Borobudur-Kota Mungkid.
Ruang usaha yang dibuat memang tidak permanen. Saya menyebutnya bangunan semi permanen. Ruang ini didominasi dengan konstruksi baja ringan. Tembok nantinya hanya setinggi 80 cm di atas tanah. Posisi tembok yang lain hanya ada di bagian kamar mandi.
Interiornya pun saya buat dengan lantai berkeramik. Sisi dalam menggunakan bahan GRC. Plafon memakai GRC dan gypsum. Ya walau semi permanen, tapi ketika masuk serasa memasuki bangunan bertembok.
Kami memutuskan pembangunan ruang ini dengan model semi permanen dengan beberapa pertimbangan. Pertama, kami masih ingin melihat perkembangan daerah sekitar. Saya yakin area ini akan berubah seiring perkembangan Kawasan Pariwisata Strategis Nasional (KSPN) Candi Borobudur.
Kedua, saya ingin melihat bagaimana respon masyarakat terhadap kehadiran aset saya. Respon ini perlu diukur. Sebab, respon masyarakat sangat menentukan "krasan" atau tidak penghuni tempat ini.
Inilah beberapa alasan saya memilih bangunan semi permanen. Pertimbangan utamanya adalah masih "wait and see" terhadap perkembangan lingkungan sekitar. Prospek ini dilihat dari apa dampak yang mungkin terjadi setelah proyek KSPN Borobudur usai.
Rambeanak, 22 Desember 2021
- Get link
- Other Apps
Comments
Post a Comment