Skip to main content

Featured Post

Profil Rahma Huda Putranto

Rahma Huda Putranto, S.Pd., M.Pd.  adalah Duta Baca Kabupaten Magelang yang   lahir di Magelang, pada tahun 1992, lulus dengan predikat cumlaude dari Jurusan S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Negeri Semarang tahun 2014. Pernah menempuh Program Magister Manajemen Pendidikan di Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. Selain itu, gelar magister bidang pendidikannya juga diperoleh melalui Program Magister Manajemen Pendidikan di Universitas Negeri Yogyakarta. Penulis pernah bekerja sebagai guru di SD Muhammadiyah Borobudur. Kemudian mendapat penempatan di SDN Giripurno 2 Kecamatan Borobudur sebagai Pegawai Negeri Sipil. Terhitung mulai tanggal 1 Maret 2018 mendapat tugas baru di SD Negeri Borobudur 1. Alamat tempat tinggal penulis berada di dusun Jayan RT 02 RW 01, Desa Borobudur, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Selain itu, penulis dapat dihubungi melalui email r_huda_p@yahoo.co.id. Penulis pernah mengikuti program Latihan Mengajar di Uni

Tidak Akan Bahagia Orang yang Mengevaluasi Orang Lain

Dr. William Glasser menyatakan, orang yang bahagia akan mengevaluasi diri sendiri, orang yang tidak bahagia akan mengevaluasi orang lain.

Kalimat di atas saya temukan di modul Pendidikan Guru Penggerak. Tepatnya di modul “Budaya Positif”. Saya suka dengan kalimat di atas. Alasannya karena membahas cara menggapai “bahagia”.

William Glasser menjelaskan bahwa kebahagian tidak tercapai jika mengevaluasi orang lain. Kebahagiaan hanya akan tercapai jika mengevaluasi diri sendiri. Kalimat di atas, selain berfokus pada kebahagiaan, juga berfokus pada upaya evaluasi.

Evaluasi merupakan kata serapan dari Bahasa Inggris. Evaluasi dapat dimaknai dengan penilaian, penaksiran, atau pun penghitungan. Biasanya, setelah ada evaluasi, bakal ada rekomendasi.

Lha, sekarang coba bayangkan. Kalau kita mengevaluasi orang lain. Apa mungkin kita bisa merekomendasikannya pada orang tersebut? Mungkin ada seseorang yang suka diberi saran/rekomendasi. Akan tetapi, banyak yang tidak suka lho. Kebanyakan tidak nyaman bila mendapat evaluasi dari orang lain.

Makanya, mengevaluasi orang lain itu tidak membuat diri kita bahagia. Soalnya orang yang dievaluasi bisa marah, kecewa atau tidak nyaman sama kita. Mau bahagia bagaimana kalau orang di sekitar marah kepada kita?

Eh, ada juga lho orang yang mengevaluasi orang lain untuk mendapatkan pembelajaran. Iya, memang ada. Pesan saya harus hati-hati.

Kehati-hatian diperlukan agar kita tidak terjebak pada pembandingan. Pembandingan/evaluasi yang tidak objektif malah merugikan. Bentuk kerugiannya ada pada situasi hati. Hati kita menjadi semakin kecil alias minder. Bisa juga putus semangat karena pencapaiannya tidak "wow" seperti orang lain.

Disini harus ada pengertian bahwa pencapaian orang lain sangat bergantung pada situasi, kondisinya masing-masing. Setiap orang memiliki "zaman" dan "tempatnya" masing-masing. Oleh karenanya, lebih bahagia kalau kita mengevaluasi diri kita sendiri.

Kita bisa memberikan penilaian terhadap diri kita seobyektif mungkin. Kita juga bisa memberikan penilaian. Sebab, kita membersamai diri kita selama 24 jam penuh. Yang terpenting, hasil evaluasi diri dapat kita laksanakan langsung kepada diri ini.

Paremono, 18 Desember 2021

Comments

Baca Juga