Featured Post
- Get link
- Other Apps
Kajian Ala Nabi?
Ini cerita saya dalam menyelenggarakan kajian ke-Islam-an ya, gaes. Saya menulis ini karena ada rasa yang membuat saya hampir menyerah. Undangan sudah tersebar. Langsung diantar ke alamat masing-masing. Pesan berantai melalui WA pun dikirimkan. Hasilnya lebih banyak yang membalas dengan “izin” daripada memastikan diri untuk ikut.
Hingga waktunya pun tiba. Saya mengikuti jamaah Shalat Isya’. Satu-persatu jamaah beranjak. Tiada yang tinggal. Hanya menyisakan saya sendiri. Sendirian berada di dalam ruang utama masjid.
Saya pun mengambil foto situasi yang saya hadapi. Jepretan kamera HP ini saya kirim ke beberapa grup WA. Tidak banyak yang membalas. Lagi-lagi muncul pemberitahuan “izin”. Bertambah lagi yang memastikan diri tidak datang. Akhirnya teman-teman datang. Setidaknya ada tujuh orang yang bergabung. Ini jumlah tanpa santri dari Pondok Pesantren Daarul Hikmah Putra.
Kajian ini merupakan kajian yang kelima kalinya. Tim kecil dari PCPM memformat kajian ini dengan "mendekat" ke jamaah. Maka berpindah-pindah dari satu ranting ke ranting lainnya merupakan pilihan terbaik. Sebab, ketika hanya menyelenggarakan kajian secara menetap di satu tempat hasilnya kurang memuaskan. Ada alasan tidak bisa datang karena jauh atau transportasi.
Pada seri kajian kelima ini ditempatkan di ranting persyarikatan yang sangat tua. Disebut-sebut sebagai cikal bakal komunitas Muhammadiyah di Kabupaten Magelang. Ranting yang bernama resmi PRM Borobudur 1 ini berbasis di dusun Sabrangrawa.
Hanya saja, keterlibatan kaum muda untuk mengikuti kajian yang kami selenggarakan masih minim. Disini saya perlu melakukan evaluasi ulang. Mengapa ini bisa terjadi. Bagaimana cara mengantisipasinya.
Ternyata memang lebih baik mencari tahu jawaban pertanyaan di atas. Ada upaya untuk mencari solusi. Bukan sekedar mengeluh saja.
Sebelum ini saya mengeluh. Jumlah pesertanya sangat minim sekali. Hanya itu-itu saja. Tidak ada wajah baru. Di balik keluhan ini saya juga bersyukur. Masih ada yang setia mengikuti.
Sampailah pada perenungan. Mengajak orang pada kebaikan itu tidaklah mudah. Perlu berpikir tidak hanya sekali. Percobaan pun dilakukan berulang kali. Hingga menemukan format yang jelas.
Saya pun teringat pada kisah Nabi Muhammad SAW. Bagaimana beliau dapat mengajak orang-orang di zamannya kepada ajaran Islam. Yang mana hingga kini terdapat ratusan juta pemeluk Agama Islam. Inilah keberhasilan nyata dari beliau.
Kalau ingin pengelolaan kajian berhasil, maka kita perlu meneladani jejak Rasulullah. Bagaimana caranya mengajak. Bagaimana cara memperlakukan teman. Hingga bagaimana cara mencari dukungan logistik. Semuanya perlu dicari tahu.
Adanya praktik baik dari nabi sebenarnya memudahkan kita. Kita tidak hanya mencari-cari. Yang kadang hasilnya kurang terlalu meyakinkan. Maka ini menjadi keutamaan meneladani kisah hidup nabi. Kita dapat dengan jelas mengetahui cara-caranya. Ini menjadi lebih efektif dan efisien. Yuk, baca kembali sirah nabawiyah.
Sabrangrawa, 17 Mei 2023
- Get link
- Other Apps
Comments
Post a Comment