Skip to main content

Featured Post

Profil Rahma Huda Putranto

Rahma Huda Putranto, S.Pd., M.Pd.  adalah Duta Baca Kabupaten Magelang yang   lahir di Magelang, pada tahun 1992, lulus dengan predikat cumlaude dari Jurusan S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Negeri Semarang tahun 2014. Pernah menempuh Program Magister Manajemen Pendidikan di Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. Selain itu, gelar magister bidang pendidikannya juga diperoleh melalui Program Magister Manajemen Pendidikan di Universitas Negeri Yogyakarta. Penulis pernah bekerja sebagai guru di SD Muhammadiyah Borobudur. Kemudian mendapat penempatan di SDN Giripurno 2 Kecamatan Borobudur sebagai Pegawai Negeri Sipil. Terhitung mulai tanggal 1 Maret 2018 mendapat tugas baru di SD Negeri Borobudur 1. Alamat tempat tinggal penulis berada di dusun Jayan RT 02 RW 01, Desa Borobudur, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Selain itu, penulis dapat dihubungi melalui email r_huda_p@yahoo.co.id. Penulis pernah mengikuti program Latihan Mengajar di Uni

Mengingat Buka Bersama di Akhir Ramadhan Tahun Ini


Ramadhan usai. Tersisa satu hari untuk berpuasa. Esok hari merupakan hari ketiga puluh berpuasa bagi sebagian masyarakat Indonesia.

Banyak kesan yang timbul di Ramadhan kali ini. Ingatan yang membekas berasal dari pengalaman yang terjadi. Saya mengalami berbagai hal unik di Ramadhan kali ini. Tulisan ini selanjutnya hanya membahas salah satu hal unik, yaitu pengalaman berbuka puasa yang mengesankan di Ramadhan kali ini.

Saya berbuka puasa di wilayah Gunungpring sebanyak tiga kali. Alasan dan jalan ceritanya berbeda. Buka puasa yang pertama dilakukan di Masjid Mujahidin. Ini buka puasa pertama di hari pertama bulan Ramadhan tahun ini.

Satu, Numpang di Masjid Mujahidin

Buka puasa di Masjid Mujahidin cenderung disebabkan adanya motivasi untuk “numpang” berbuka. Waktu itu saya, istri dan anak pertama saya sedang bertakziyah atas meninggalnya teman satu angkatan anak pertama saya.

Prosesi takziyah berakhir tiga menit sebelum berbuka. Maka diputuskan kami mengunjungi Masjid Mujahidin. Ada beberapa orang yang kami kenal. Mereka melihat kami yang baru datang. Seketika itu pula mereka mengajak kami untuk santap buka puasa bersama.

Menunya Soto Daging Sapi. Cita rasanya enak. Ditambah dengan situasi penuh keramahan dan kedamaian. Kami menikmatinya di halaman masjid. Di samping pohon Kurma yang menjadi simbol kebanggaan Masjid Mujahidin Gunungpring, Muntilan.

Dua, Buka Puasa di Joglo HS

Buka puasa bersama di Gunungpring yang kedua berlangsung di Joglo HS. Saya bersama keluarga ikut serta buka puasa disini atas undangan Majelis Dikdasmen dan PNF, PDM Kabupaten Magelang. Joglo HS dimiliki oleh Bapak Warjono yang juga Bendahara Majelis Dikdasmen dan PNF Kabupaten Magelang.

Menunya spesial, yaitu kambing guling! Satu ekor kambing disajikan kepada kami para anggota Majelis Dikdasmen dan PNF. Sebagian besar hadir bersama istri/suami. Semua senang. Sajiannya full olahan kambing. Mulai dari daging, iga, rusuk, hingga balungan.

Sesi buka puasa disi saya dan anak saya dipersilahkan untuk menaiki mobil mewah antik. Mobil langka ini bermerek Mercedes Benz. Jenisnya merupakan keluaran terbaik di eranya. Bapak Warjono menjelaskan kalau dulu ketika baru, harganya setara dengan 8kg emas murni. Silahkan dikalikan. Butuh 200 tahun bila kita mengandalkan gaji UMR.

Tiga, Buber Siswa SD Mugu

Saya tidak sengaja mengikuti kegiatan Buka Bersama di SD Muhammadiyah Gunungpring. Keikutsertaan saya didorong karena “semangat” anak kedua saya untuk ikut serta kakaknya. Anak kedua saya saat ini berada di jenjang Kelas A Taman Kanak-Kanak. Sementara anak pertama sudah kelas 1 di SD Muhammadiyah Gunungpring.

Anak kedua mendengar kalau kakaknya akan berangkat sekolah siang. Kakaknya tidak berangkat pagi karena adanya kegiatan Buka Bersama dilanjut Tarawih Berjamaah. Mendengar rencana ini, anak kedua saya langsung “nge-drel” ingin ikut.

Saya berada di rumah hanya bersama kedua anak ini. Istri sedang tugas di salah satu kecamatan. Tidak memungkinkan untuk pulang sebentar hanya untuk menenangkan anak saya. Saya tidak bisa membendung keinginan anak kedua saya.

Maka dari itu, saya memutuskan untuk ikut serta kegiatan buka bersama. Namun, karena mobil sedang di bengkel untuk dicuci, saya putuskan untuk ikut mobil antar jemput siswa. Saya bersama kedua anak saya masuk. Saya duduk di deretan kursi siswa yang berada di dalam mobil.

Saya tua sendiri di antara penumpang yang lain. Saya naik mobil antar jemput ini sembari mengobrol dengan Pak Hana, driver mobil antar jemput SD Mugu. Beliau sangat ramah. Ditambah dengan AC yang adem, anak-anak terasa sangat nyaman.

Sesampainya di sekolah sekitar pukul 13.30 WIB. Ada jeda waktu hingga 5 jam menuju buka bersama. Saya ikuti setiap rangkaian kegiatan. Mulai dari Dongeng Kak Damar hingga kegiatan Shalat Ashar berjamaah. Sisanya, saya gunakan untuk ngobrol-ngobrol dengan rekan KOKAM Muntilan. Mereka sedang mengatur jalan di sekitar masjid Mujahidin dan SD Mugu.

Tibalah saat berbuka. Bendahara SD Mugu, mas Anas, secara khusus mencari saya. Sebelumnya ia melihat saya duduk-duduk di emperan depan kantor TU SD Mugu. Saya dipersilahkan untuk turut serta buka bersama di Kantin Sekolah.

Eh, ternyata anak saya yang kedua tidak mau. Saya turuti saja apa mau si kecil ini. Tujuannya untuk meminimalisir keributan yang tidak perlu. Ternyata si kecil berjalan menuju ruang kelas kakaknya.

Saya berhenti di depan pintu kelas. Alhamdulillah, kedua ibu guru, yaitu bu Roifah dan Bu Desty mempersilahkan saya dan anak kedua saya turut serta berbuka di kelas 1C. Saya pun diberi dua paket makanan. Menunya spesial, makanan khas Jepang. Saya mengetahuinya karena ada stiker “Nagoya” di atas bingkisan makanan.

Ini menjadi momen berbuka yang sangat spesial. Saya bisa menikmati buka puasa sembari mengamati kondisi real situasi kelas anak saya. Situasinya menyenangkan. Semua anak tertib. Makanan pun dihabiskan tiada sisa. Saya paling senang karena adanya jejak “kesepakatan kelas” di ruang ini. Kesepakatan kelas ini tertuang dalam bentuk potongan kata yang ditempel. Bagus. Inilah cara membuat kesepakatan kelas sesuai jenjang usia kelas awal.

Kegiatan diakhiri dengan shalat tarawih bersama. Saya juga mengamati bagaimana solidnya Kokam Muntilan menghadapi ratusan mobil dan sepeda motor yang datang menjemput putra-putrinya. Semua tumplek blek di jalur yang menghubungkan jalan Gunungpring dengan Masjid Mujahidin dan SD Mugu. Saya belajar tentang kekompakan dan keikhlasan disini.


Rahma Huda Putranto,

Muntilan, 8 April 2024


Comments

Baca Juga