Skip to main content

Featured Post

Profil Rahma Huda Putranto

Rahma Huda Putranto, S.Pd., M.Pd.  adalah Duta Baca Kabupaten Magelang yang   lahir di Magelang, pada tahun 1992, lulus dengan predikat cumlaude dari Jurusan S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Negeri Semarang tahun 2014. Pernah menempuh Program Magister Manajemen Pendidikan di Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. Selain itu, gelar magister bidang pendidikannya juga diperoleh melalui Program Magister Manajemen Pendidikan di Universitas Negeri Yogyakarta. Penulis pernah bekerja sebagai guru di SD Muhammadiyah Borobudur. Kemudian mendapat penempatan di SDN Giripurno 2 Kecamatan Borobudur sebagai Pegawai Negeri Sipil. Terhitung mulai tanggal 1 Maret 2018 mendapat tugas baru di SD Negeri Borobudur 1. Alamat tempat tinggal penulis berada di dusun Jayan RT 02 RW 01, Desa Borobudur, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Selain itu, penulis dapat dihubungi melalui email r_huda_p@yahoo.co.id. Penulis pernah mengikuti program Latihan Mengajar di Uni

Saran untuk Perpustakaan Universitas Ahmad Dahlan

Saya mengibaratkan Perpustakaan adalah jantung sebuah lembaga pendidikan. Bahkan perpustakaan dalam tatanan perguruan tinggi tidak bisa disikapi hanya sebagai sebuah kelengkapan biasa, yang hanya terdiri dari gedung bertingkat dengan berjajar buku di dalamnya.
Perpustakaan ibarat jantung yang mengalirkan ilmu pengetahuan ke segala sendi civitas akademika. Oleh karena itu, perpustakaan harus senantiasa meningkatkan kualitasnya, terutama berkaitan dengan pelayanan dan koleksi buku. 

Berdasarkan uraian di atas, saya sebagai mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan merasa perlu menyampaikan beberapa saran demi kemajuan Perpustakaan Universitas Ahmad Dahlan, yaitu:

1. Awali dengan 3S, Senyum, Salam, Sapa
Beberapa waktu yang lalu ketika saya dan La Pilli La Bae mengunjungi perpustakaan Universitas Ahmad Dahlan yang berada di kampus 3. Kami mendapat beberapa perlakuan yang menurut kami kurang tepat.

Ini kali pertama kami berkunjung di perpustakaan kampus 3 Universitas Ahmad Dahlan. Saat kami masuk ada teriakan yang tertuju kepada kami berdua. "Ada keperluan apa Mas?" tanya seorang bapak paruh baya dengan nada bicara yang terdengar tidak biasa bagi kami. Mas Pilli dengan latar belakangnya sebagai orang Indonesia Timur ingin langsung menjawab. Dan saya yakin dia pasti akan menjawab dengan nada yang tinggi juga.

Namun saya mencoba untuk menjawabnya dengan halus. "Kami mau melihat buku perpustakaan, Pak". jawab ku. Bapak itu menjawab, "Titipkan tasnya, mas!". Kami hanya bisa clingak-clinguk kebingungan karena benar-benar tidak tahu prosedur yang ada di Perpustakaan Kampus 3.
Menurut kami peristiwa di atas kurang pas. Ada baiknya ketika bertemu dengan pengunjung perpustakaan, petugas perpustakaan dapat menanyai pengunjung dengan awalan 3S, senyum, salam, sapa. Petugas perpustakaan diawali dengan senyum, dapat menyapa dengan ucapan selamat pagi, selamat siang, atau bahkan Assalamualaikum. Karena kita berada di kampus perguruan tinggi Muhammadiyah. Baru kemudian memberikan arahan kepada pengunjung. Terutama kepada pengunjung yang baru pertama kali berkunjung.

2. Pelayanan Buka Sepanjang Hari
Hari Kamis, 28 Desember 2017 ketika asyik-asyiknya membaca buku sambil mengerjakan tugas kuliah, tiba-tiba lampu perpustakaan kampus 1 Universitas Ahmad Dahlan dimatikan oleh petugas. Saya bertanya "Ada apa ini, mbak?". Petugas perpustakaan menjawab "Istirahat, Pak!". Selanjutnya kami digiring keluar.

Aneh, padahal saya ibaratkan perpustakaan ini seperti sebuah jantung yang harusnya senantiasa berdetak waktu demi waktu, hari demi hari. Menurut saya trend pelayanan prima saat ini sudah tidak mengenal jam istirahat. Coba lihat di kantor-kantor pelayanan bank. Sudah tidak zamannya lagi pelayanan berhenti dengan alasan "sedang istirahat". Ketika jam istirahat, pasti ada salah teller yang tutup namun teller yang lain tetap buka. Mereka saling bergantian beristirahat.

Saya berharap perpustakaan Universitas Ahmad Dahlan dapat menghilangkan jam istirahatnya sehingga pelayanan untuk mahasiswa atau dosen yang berkunjung dapat terlayani dengan optimal. Saya berkeyakinan hal teknis seperti pergantian petugas jaga saat jam istirahat dapat direncakan dan dilakukan dengan baik.

3. Koleksi Baru dapat Langsung Dibaca

Saya merasa geli sendiri. Ketika ingin membaca terbitan terbaru majalah Suara Muhammadiyah di Perpustakaan Kampus 1 Universitas Ahmad Dahlan saya merasa kesulitan. Saat itu juga saya melihat di belakang meja petugas perpustakaan majalah Suara Muhammadiyah yang baru sudah tersedia. Hari pun berganti, majalah itu masih saja tergeletak disana.

Mungkin majalah ini harus antri melalui tahap "pengolahan" sehingga tidak bisa langsung dinikmati oleh pengunjung. Saya hanya bisa berharap semoga terbitan berkala bisa langsung disajikan ke pengunjung, mengingat terbitan berkala rentan "out of date".

 Sekali lagi, saya menulis hal-hal ini tanpa tendensi yang buruk. Saya hanya bermimpi Perpustakaan kampusku bisa menjadi jantung akademik yang bisa menjadi modal positif bagi perkembangan Universitas Ahmad Dahlan ke depannya. Malu dong punya pustakawan terbaik Kopertis Kalau pelayanannya belum optimal...

Ditulis di ruang 106 kampus 1 Universitas Ahmad Dahlan. Kamis, 28 Desember 2017.

Comments

Baca Juga