Skip to main content

Featured Post

Profil Rahma Huda Putranto

Rahma Huda Putranto, S.Pd., M.Pd.  adalah Duta Baca Kabupaten Magelang yang   lahir di Magelang, pada tahun 1992, lulus dengan predikat cumlaude dari Jurusan S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Negeri Semarang tahun 2014. Pernah menempuh Program Magister Manajemen Pendidikan di Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. Selain itu, gelar magister bidang pendidikannya juga diperoleh melalui Program Magister Manajemen Pendidikan di Universitas Negeri Yogyakarta. Penulis pernah bekerja sebagai guru di SD Muhammadiyah Borobudur. Kemudian mendapat penempatan di SDN Giripurno 2 Kecamatan Borobudur sebagai Pegawai Negeri Sipil. Terhitung mulai tanggal 1 Maret 2018 mendapat tugas baru di SD Negeri Borobudur 1. Alamat tempat tinggal penulis berada di dusun Jayan RT 02 RW 01, Desa Borobudur, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Selain itu, penulis dapat dihubungi melalui email r_huda_p@yahoo.co.id. Penulis pernah mengikuti program Latihan Mengajar di Uni

Pengertian Efektivitas dan Keseimbangan P/KP

Kata efektivitas sudah tidak asing di telinga kita. Istilah efektivitas digunakan hampir dalam semua bidang kehidupan. Mulai dari pendidikan, kesehatan, sampai ekonomi. Terutama di bidang manajemen.

Saking seringnya dipakai, makna efektivitas semakin kabur. Perlu pemaknaan ulang terkait apa itu efektivitas. Sampai disini, saya tetap menyetujui bahwa efektivitas berkaitan erat dengan ketercapaian tujuan.

Kisah Petani dan Angsa Bertelur Emas

Dari sekian banyak deskripsi tentang efektivitas, saya bersepakat dengan pendapat dari Stephen R. Covey. Ia menuliskannya dalam buku Tujuh Kebiasaan Manusia yang Sangat Efektif. Stephen Covey menjelaskan efektivitas sebagai sebuah keseimbangan.

Konsep keseimbangan dan efektivitas ini dianalogikan dengan sangat apik melalui cerita fabel. Ia menggunakan cerita fabel karya Aesop. Dalam fabel tersebut, diceritakan kehidupan seorang petani dan seekor angsa yang bertelur emas.

Petani tersebut awalnya adalah seorang petani yang tidak memiliki penghasilan tetap. Selain itu, ia tidak memiliki harta yang cukup untuk menghidupi keluarganya. Mereka hidup sangat sederhana.

Hingga suatu hari, sang petani mendapat sebutir telur emas di kandang angsa. Ia menemukan kenyataan bahwa angsanya lah yang mengeluarkan telur tersebut. Telur emas itu ia bawa ke penjual emas. Terbukti, telur emas ini mengandung emas murni. Ia jual telur emas ini untuk menghidupi keluarganya.

Kini, setiap pagi sejak hari itu, sang petani selalu mendapati telur emas di kandang angsa. Setiap hari ia menjual telur emas tersebut. Kehidupannya membaik. Ia semakin kaya. Kekayaan ini yang membuatnya tidak sabar. Ia tidak lagi mau menunggu setiap pagi untuk mendapatkan telur emas. Hingga muncullah satu pemikiran.

Petani tersebut ingin mendapatkan telur emas lebih banyak. Ia berpikir, di perut angsa pasti ada banyak telur. Ia semakin tidak sabar. Bayangan mendapatkan telur tanpa menunggu setiap pagi muncul di benaknya.

Benar saja, tak perlu waktu lama, petani membawa pisau. Diarahkannya pisau tersebut ke perut angsa. Sayang, ia tidak menemukan satupun telur di perut angsa. Ia hanya menemui organ-organ yang sama layaknya angsa lainnya.

Kini, angsa tersebut mati. Sang petani tidak lagi memiliki angsa ajaib. Tak pelak, telur emas tidak lagi ia miliki. Setiap pagi, ia merenungi kandang angsa tersebut.

Kehidupan petani kembali seperti sedia kala. Ia tidak memiliki penghasilan tetap. Telur emas yang setiap pagi ia jual tiada lagi. 

Konsep Keseimbangan P/KP

Stephen Covey menggambarkan P/KP dengan cerita fabel di atas. P merupakan singkatan dari produksi. Dimana produksi dalam konteks cerita di atas adalah telur emas. Sementara itu, kemampuan produksi diibaratkan dengan seekor angsa.

Produksi dan kemampuan produksi perlu diseimbangkan. Agar tidak merugikan kita. Tidak ada yang bisa dikesampingkan.

Saya memiliki cerita yang bagus untuk menjelaskan tentang konsep keseimbangan P/KP ini. Saya memiliki seorang teman. Ia tergolong aktif. Ia memiliki semangat untuk meraih kesuksesan secepat mungkin.

Teman saya ini menopang semangatnya dengan minum kopi. Ia mengaku dengan meminum kopi, otaknya lebih mudah digunakan untuk berpikir. Ia pun mampu "melek" sampai dini hari.

Ada satu kebiasaan lain yang digunakan untuk menopang semangatnya, yaitu merokok. Kepulan asap membumbung tinggi. Nikotin memang terbukti meningkatkan rangsangan dan perhatian diri.

Kebiasaan minum kopi dan merokok ini semakin tidak terkendali. Seiring tuntutan dalam hatinya untuk sukses sesegera mungkin. Tapi sayang. Hasilnya tidak seperti yang diharapkan.

Ia merasakan sakit yang luar biasa di bagian perutnya. Periksalah ia ke dokter. Ia mendapat rujukan ke suatu rumah sakit. Medical check up memperlihatkan ada batu ginjal di perutnya.

Sayang seribu sayang. Sakitnya ini menghambat dirinya meraih kesuksesan. Ia tidak bisa lembur menyelesaikan pekerjaannya. Ia tidak lagi mampu begadang sampai pagi. Bahkan, melakukan pekerjaan sederhana pun sangatlah berat.

Cerita di atas menunjukkan ketidakseimbangan P/KP. Ia ingin mendapatkan kesuksesan (Produksi), namun mengorbankan kesehatannya (Kemampuan Produksi). Padahal, kesuksesan hanya bisa diraih jika dirinya sehat. Jelas dalam cerita ini terlihat kalau tidak terjadi keseimbangan P/KP.

Sebenarnya, masih banyak contoh keseimbangan antara P/KP. Intinya, setiap orang perlu menjaga kemampuannya. Jangan terlalu banyak menuntut hasil sampai melupakan proses. Di tulisan selanjutnya, saya akan membahas hal ini dikaitkan dengan aset yang dimiliki setiap manusia.


Rahma Huda Putranto, 1 Mei 2022


*Tulisan dan video ini diadaptasikan dari buku "Tujuh Kebiasaan Manusia yang Sangat Efektif" karya Stephen R. Covey.

Comments

Baca Juga