Skip to main content

Featured Post

Profil Rahma Huda Putranto

Rahma Huda Putranto, S.Pd., M.Pd.  adalah Duta Baca Kabupaten Magelang yang   lahir di Magelang, pada tahun 1992, lulus dengan predikat cumlaude dari Jurusan S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Negeri Semarang tahun 2014. Pernah menempuh Program Magister Manajemen Pendidikan di Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. Selain itu, gelar magister bidang pendidikannya juga diperoleh melalui Program Magister Manajemen Pendidikan di Universitas Negeri Yogyakarta. Penulis pernah bekerja sebagai guru di SD Muhammadiyah Borobudur. Kemudian mendapat penempatan di SDN Giripurno 2 Kecamatan Borobudur sebagai Pegawai Negeri Sipil. Terhitung mulai tanggal 1 Maret 2018 mendapat tugas baru di SD Negeri Borobudur 1. Alamat tempat tinggal penulis berada di dusun Jayan RT 02 RW 01, Desa Borobudur, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Selain itu, penulis dapat dihubungi melalui email r_huda_p@yahoo.co.id. Penulis pernah mengikuti program Latihan Mengajar di Uni

Tibalah Saatnya, Masa SD!


Kini anak saya berumur enam tahun. Sungguh tidak terasa. Seolah baru kemarin menunggui kelahirannya. Terasa baru beberapa hari yang lalu turut berjuang membersamai saya di salah satu Amal Usaha.

Sebenarnya, ia kini masih bersekolah di TK. Namun, beberapa hari lagi ia genap berusia enam tahun. Jadi, tahun ajaran baru yang akan datang sudah bersekolah di SD.

Tahun ajaran baru akan dimulai enam bulan lagi. Masih lama. Tapi perasaan saya mengatakan kalau enam bulan ini adalah waktu yang singkat.

Maka, saya berupaya untuk menunjukkan beberapa “calon” SD kepadanya. Awalnya saya menunjukkan foto yang ada di pamflet. Lalu kemudian saya perlu melakukan kunjungan secara langsung.

Alhamdulillah, hari Sabtu yang lalu, kami sekeluarga melakukan kunjungan ke beberapa SD swasta. Terutama SD yang memiliki predikat unggul. Saya pun melakukan kunjungan ke 2 SD unggul yang berada di bawah dua organisasi masyarakat Islam tertua di Indonesia. Kebetulan keduanya berada dalam satu lingkungan.

Kenyataan pertama yang saya peroleh adalah keduanya sudah membuka pendaftaran. Bahkan saat ini sudah termasuk masa pendaftaran gelombang yang terakhir. Masa pendaftaran indent, gelombang satu sudah berlalu. Kini memasuki masa pendaftaran gelombang kedua. Kuotanya semakin menipis.

Sudah bukan rahasia lagi jika sekolah swasta sudah membuka pendaftaran jauh-jauh hari. Banyak calon siswa yang ingin mendaftar. Kuota pun hanya untuk empat kelas. Dimana satu kelasnya terdiri dari 28 siswa.

Kini, saya menemukan kenyataan bahwa masa pendaftaran tinggal menghitung hari. Keputusan perlu diambil dengan cepat. Walaupun kita juga perlu memikirkan pertimbangan rasionalnya. Sebab, setiap sekolah unggul pasti berbiaya.

Berikut ini hal-hal yang muncul di benak saya ketika memikirkan hal ini. Pertama, kita sebagai orang tua wajib memberikan yang terbaik kepada putra-putrinya. Apalagi kalau diingat bahwa anak merupakan amanah dari Tuhan. Maka kita mau tidak mau harus menunaikan amanah ini sebaik-baiknya.

Maka, ketika ada kesempatan untuk memberikan layanan pendidikan yang unggul, kita perlu mempertimbangkannya. Keunggulan sebuah lembaga akan memperbesar kemungkinan anak dalam menerima proses pendidikannya. Jadi, sekolah yang unggul akan menghasilkan lulusan yang unggul pula.

Kedua, sekolah menjadi penting karena sekolah akan menyajikan lingkungan bagi tumbuh-kembang si anak. Lingkungan sekolah yang nantinya akan ditempati oleh anak kita. Waktu anak kita akan lebih banyak dihabiskan di lingkungan sekolah. Maka kita perlu memperhatikan bagaimana lingkungan anak saya akan bertumbuh dan berkembang nanti. InsyaAllah, bersekolah di fasilitas yang unggul, akan menyajikan lingkungan yang unggul pula.

Ketiga, sekolah yang unggul pasti akan menyajikan jaringan alumni yang unggul. Terlalu dini memang ketika kita mau menyandingkan perkumpulan alumni SD dengan perkumpulan alumni perguruan tinggi. Tapi setidaknya, sekolah yang unggul pasti memiliki alumni-alumni yang unggul. Kesamaan almamater ini yang nantinya akan mempermudah anak saya untuk terjun dalam ikatan alumni yang unggul pula. Ini menjadi aset jaringan yang mungkin akan menjadi jembatan penolong dalam kehidupannya kelak.

Keempat, sekolah dasar merupakan pondasi bagi anak kita. Terutama bagi pengembangan dirinya di masa yang akan datang. Masa di sekolah dasar juga masa yang tepat untuk membangun kesadaran ideologis. Siapa kita, dari mana kita dan arah tujuan kita apa. Pertanyaan-pertanyaan tersebut akan otomatis terjawab ketika anak mempelajari tentang ideologi.

Pertimbangan nalar-logis seperti di atas kemudian berbenturan dengan aspek pembiayaan. Tulisan ini di awal sempat menyinggung tentang sekolah unggul pasti berbiaya. Kedua sekolah yang saya kunjungi juga berbiaya yang kurang lebih sama.

Semuanya mengenakan tarif sampai 7 digit. Belum sampai puluhan juta memang. Tapi hal ini sudah membuat gamang. Benak ini bergetar. Apakah mungkin saya dapat memperoleh rezeki sekian banyak setiap bulannya?

Keraguan ini kemudian saya bagikan ke seorang kolega yang sudah menyekolahkan anaknya di sekolah-sekolah unggul seperti ini. Ia pun berkata, “daftar saja, pak. Soal biaya itu rezekinya anak-anak.”

Jadi, biaya itu pasti bisa tercukupi. Jangan pikir kalau menyekolahkan anak berasal dari rezeki kita sendiri. Karena sebenarnya biaya pendidikan untuk anak ini adalah rezekinya anak. Rezeki ini pasti dicukupi oleh Yang Maha Kaya.

Sampai di titik ini saya lebih mantab untuk melangkah. Biaya nanti akan dibantu rezeki dari anak. Toh biaya yang besar ini juga membuka kesempatan bagi alasan yang kelima. Kita menyekolahkan anak di tempat berbiaya mahal sembari beramal jariyah. Sebab, kebanyakan biaya yang keluar ini diperuntukkan bagi infaq pengembangan sekolah/amal jariyah. Wallahu a’lam bissawab.


Rahma Huda Putranto

Selasa, 3 Januari 2022

Comments

Baca Juga