Skip to main content

Featured Post

Profil Rahma Huda Putranto

Rahma Huda Putranto, S.Pd., M.Pd.  adalah Duta Baca Kabupaten Magelang yang   lahir di Magelang, pada tahun 1992, lulus dengan predikat cumlaude dari Jurusan S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Negeri Semarang tahun 2014. Pernah menempuh Program Magister Manajemen Pendidikan di Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. Selain itu, gelar magister bidang pendidikannya juga diperoleh melalui Program Magister Manajemen Pendidikan di Universitas Negeri Yogyakarta. Penulis pernah bekerja sebagai guru di SD Muhammadiyah Borobudur. Kemudian mendapat penempatan di SDN Giripurno 2 Kecamatan Borobudur sebagai Pegawai Negeri Sipil. Terhitung mulai tanggal 1 Maret 2018 mendapat tugas baru di SD Negeri Borobudur 1. Alamat tempat tinggal penulis berada di dusun Jayan RT 02 RW 01, Desa Borobudur, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Selain itu, penulis dapat dihubungi melalui email r_huda_p@yahoo.co.id. Penulis pernah mengikuti program Latihan Mengajar di Uni

Pemilihan Duta Baca Kabupaten Magelang Tahun 2019

Rahma Huda Putranto, Duta Baca Kabupaten Magelang 

Banyak yang bertanya mengenai bagaimana proses pemilihan duta baca Kabupaten Magelang berlangsung. Saya coba jelaskan tahapan-tahapan yang saya lalui hingga akhirnya terpilih menjadi juara 1 duta baca Kabupaten Magelang yang ditetapkan di Muntilan, Selasa, 26 Maret yang lalu. Tahapan tersebut adalah:

1. Seleksi administrasi
Pada tahapan ini, berkas dari peserta yang kala itu berjumlah 61 buah direview oleh tim juri. Pada tahapan ini dilakukan pengecekan secara tertulis tentang kelengkapan persyaratan pendaftaran. Bila syarat administrasi tidak terpenuhi, sudah tentu tidak akan masuk ke tahap selanjutnya.

Saya sarankan untuk para calon duta baca untuk mempersiapkan berkas sebaik-baiknya. Curiculum vitae (CV) dibuat selengkap mungkin. CV perlu mencantumkan pelatihan yang pernah diikuti, pengalaman pembicara, pengalaman organisasi, prestasi, dsb. Tidak perlu malu mengungkapkan kelebihan-kelebihan yang dimiliki.

Diantara hal-hal yang perlu dicantumkan, ada tiga hal yang penting, yaitu pelatihan, karya literasi yang telah dibuat dan pengalaman organisasi. Organisasi menjadi nilai tawar bagi calon duta baca yang membuktikan bahwa ia memiliki jaringan lintas sektoral. Sedangkan karya literasi menjadi bukti kalau kita benar-benar menguasai bidang ini.

Juri pada ahap ini hanya meloloskan 18 peserta. Melihat rasio pendaftar dan peserta,  maka tahap ini menjadi tahapan yang sangat ketat. Oleh karenanya persyaratan dan CV harus benar-benar terpenuhi dan dilengkapi selengkap-lengkapnya.

2. Tahap Wawancara

Tahap ini mengharuskan setiap peserta yang lolos administrasi berdialog dengan juri. Juri pemilihan duta baca Kabupaten Magelang terdiri dari unsur pegiat literasi, akademisi, budayawan dan satu juri kehormatan.

Tulisan ini tidak membeberkan secara detail siapa ke empat juri itu. Hanya saja, akan saya sampaikan beberapa hal yang patut dijadikan perhatian. Pegiat literasi yang menjadi juri adalah seseorang yang telah malang melintang di dunia literasi secara nasional. Beliau berasal dari Yogyakarta.

Juri unsur akademisi berasal dari dosen salah satu perguruan tinggi di Magelang. Beliau memiliki kualifikasi doktor (S3) da n memiliki jabatan struktural di tingkat fakultas. Sedangkan unsur budayawan adalah seorang yang bergiat di dunia seni dan dikenal luas oleh masyarakat magelang dan sekitarnya.

Juri kehormatan merupakan Ketua Tim Pembina PKK yang juga merupakan tokoh yang sudah sangat dikenal di Magelang. Beliau merupakan inisiator kegiatan pemilihan duta baca kabupaten Magelang. Perhatiannya terhadap dunia literasi terekam  dari beberapa media masa.

Nominator duta baca yang jumlahnya 18 ini kemudian melakukan wawancara dengan keempat juri tersebut. Desain wawancaranya tidak satu nominator dengan emoat juri sekaligus. Namun satu nominator, satu juri.

Wawancara dengan setiap juri dilakukan selama tiga menit. Setelah tiga menit akan ada aba-aba untuk berpindah wawancara ke juri yang lain. Jadi, setiap sesi wawancara terkelompok menjadi tiga nominator dengan estimasi waktu tiap kelompok menghabiskan waktu sembilan menit. Pada tahap wawancara, juri kehormatan tidak dilibatkan secara langsung.

Wawancara lebih pada eksplorasi tentang apa yang trlah ditulis dalam dokumen persyaratan pendaftaran. Wawancara seputar visi dan misi, buku yang telah dibaca, usaha yang telah dilakukan untuk dunia literasi, dan lain-lain.

3. Tahap Presentasi

Tahap presentasi hanya melibatkan enam nominator yang diperoleh dari hasil wawancara. Dewan juri membuat keputusan setelah melakukan penghitungan skor yang diperoleh dari setiap juri. Keenam nominator yang mendapat kesempatan presentasi tidak diumumkan di awal tahapan ini. Namun diumumkan satu per satu nominator dan langsung maju ke atas panggung.

Setiap nominator mendapatkan kesempatan presentasi selama sepuluh menit. Setelah presentasi usai, akan diberikan pertanyaan dari juri kehormatan. Pertanyaan bisa seputar apa saja.

Nominator yang berkesempatan presentasi ada yang menyampaikan tentang usaha apa yang telah dilakukannya untuk dunia literasi. Ada juga yang menyampaikan tentang kegelisahannya menghadapi masyarakat Indonesia yang belum literat.

Semua tampilan menarik, namun kebanyakan nominator mengalami kekurangan waktu. Banyak yang tidak menyampaikan visi dan misinya menjadi duta baca, karena visi dan misi ini diletakkan pada slide akhir. Padahal visi dan misi menjadi bahan penilaian yang utama pada sesi presentasi ini.

Hendaknya visi dan misi menjadi pokok utama presentasi. Apa-apa yang sudah dilakukan dapat dijadikan selingan dari penyampaian visi misi. Bagus lagi apa yang telah dilakukan menjadi latar belakang dari penentuan visi dan misi. Sehingga visi dan misi mendapatkan pijakan yang kuat.

Visi dan misi hendaknya dibuat secara bombastis. Menurut Susianto, Widyaiswara LPMP Jogja, visi dan misi merupakan sesuatu yang bukan untuk diwujudkan, namun menjadi acuan atau arah bagi pergerakan sebuah organisasi atau lembaga. Sehingga visi dan misi dibuat secara kualitatif bukan kuantitatif dan tidak terlalu detail.

Menurut hemat saya, pada tahap ini dewan juri ingin melihat keterampilan "public speaking". Pemilihan diksi, intonasi, kejelasan pelafalan, logika bahasa, pengelolaan audience dan manajemen waktu berbicara menjadi komponen penting penilaian.

Pada tahap ini saya menyarankan untuk membuat visi dan misi sesuai dengan konteks kabupaten Magelang. Penyampaian dilakukan dengan lugas dan mengundang interaksi dengan pendengar. Perhatikan pula jumlah slide yang akan ditampilkan. Slide jangan terlalu banyak. Cukupkan untuk sepuluh menit saja.

Demikian sedikit pengalaman mengenai perjalanan yang sudah saya lalui beberapa hari yang lalu. Mari bersama kita majukan literasi di Kabupaten Magelang. Sinergi dan jejaring menjadi kunci.

#literasi #dutabaca #dutabacakabupatenmagelang #dutabacamagelang #pemilihandutabaca

Comments

Baca Juga