Skip to main content

Featured Post

Profil Rahma Huda Putranto

Rahma Huda Putranto, S.Pd., M.Pd.  adalah Duta Baca Kabupaten Magelang yang   lahir di Magelang, pada tahun 1992, lulus dengan predikat cumlaude dari Jurusan S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Negeri Semarang tahun 2014. Pernah menempuh Program Magister Manajemen Pendidikan di Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. Selain itu, gelar magister bidang pendidikannya juga diperoleh melalui Program Magister Manajemen Pendidikan di Universitas Negeri Yogyakarta. Penulis pernah bekerja sebagai guru di SD Muhammadiyah Borobudur. Kemudian mendapat penempatan di SDN Giripurno 2 Kecamatan Borobudur sebagai Pegawai Negeri Sipil. Terhitung mulai tanggal 1 Maret 2018 mendapat tugas baru di SD Negeri Borobudur 1. Alamat tempat tinggal penulis berada di dusun Jayan RT 02 RW 01, Desa Borobudur, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Selain itu, penulis dapat dihubungi melalui email r_huda_p@yahoo.co.id. Penulis pernah mengikuti program Latihan Mengajar di Uni

Perpustakaan Desa Desa Terbaik: Belajar dari Perpustakaan Desa Ngablak Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang

Pengurus Perpustakaan Desa Borobudur "Lentera Ilmu" baru saja melakukan kegiatan study banding. Studi banding yang dilakukan pada Rabu (12/08/2020) siang ini untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang pengelolaan perpustakaan desa.

Perpustakaan Desa Borobudur melakukan studi banding ke Perpustakaan “Desa Mudha” Bakti, Desa Ngablak, Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang. Perpustakaan Desa Borobudur melakukan studi banding untuk mempelajari sekaligus meniru berbagai hal positif. Dimana berbagai hal positif tersebut dapat diterapkan di Borobudur. Perpustakaan Desa Ngablak selama ini telah meraih berbagai prestasi di level Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah sampai Nasional.


Perpustakaan Desa Borobudur dalam kegiatan studi banding ini disambut hangat oleh Pemerintah Desa Ngablak dan pengurus Perpustakaan Desa Ngablak. Uniknya, kunjungan Perpustakaan Desa Borobudur ini hanya melibatkan empat orang pengurus. Sedangkan yang menyambut tiga kali lipat dari jumlah orang yang berkunjung.


Jujur, saya sebagai kepala Perpustakaan Desa Borobudur sangat kagum dengan penghargaan yang diberikan oleh teman-teman di Desa Ngablak. Bagaimana tidak, ketika jam kerja telah usai, Sekretaris Desa Ngablak, tiga Kaur Pemerintah Desa Ngablak, satu orang perwakilan LPRB Desa Ngablak, kepala Perpustakaan Desa Ngablak beserta empat orang pengurus ditambah satu sesepuh Desa Ngablak hadir menyambut kami.


Kami sangat berterima kasih atas keramahan teman-teman dari Desa Ngablak ini. Semua menjawab pertanyaan dan keluh kesah kami terkait pengelolaan perpustakaan desa dengan sangat sabar. Bahkan beberapa kali kami dijelaskan bagaimana caranya merangkul pemerintah desa dan masyarakat agar peduli dengan perpustakaan desa ini.


Hasil dan Rekomendasi Studi Banding

Studi banding perlu dilakukan oleh pengurus Perpustakaan Desa Borobudur karena status perpustakaan desa di Borobudur masih dalam tahap rintisan. Perpustakaan Desa Borobudur ingin merintis Perpustakaan Desa Borobudur dengan berlandaskan pada praktik terbaik. Landasan yang berpijak pada praktik terbaik ini dilakukan agar tidak terjadi salah kelola perpustakaan di Desa Borobudur.


Salah kelola perpustakaan sangat kami hindari. Salah kelola dapat mengakibatkan "penghambur-hamburan" dana desa. Sehingga studi banding ini dilakukan untuk meminimalisir salah beli barang inventaris desa. Jangan sampai membeli barang yang tidak dibutuhkan. Dan yang paling dihindari adalah membeli barang dengan spesifikasi yang tidak sesuai dengan konsep perpustakaan desa.


Studi banding di Perpustakaan Desa Ngablak ini menghasilkan beberapa pelajaran yang bisa diterapkan di Perpustakaan Desa Borobudur, yaitu:

1. Pengadaan Buku Dilakukan dengan Donasi dari Masyarakat

Perpustakaan Desa Ngablak memulai perpustakaannya dengan buku seadanya. Perpustakaan Desa Ngablak awalnya bekerja sama dengan Karang Taruna Desa Ngablak meminta donasi buku dari warga. Waktu itu, Perpustakaan Desa Ngablak meminta buku dari warga dengan sistem satu KK menyumbang satu buku.


Buku yang disumbangkan tidak perlu baru, namun masih layak baca. Usaha ini menghasilkan hasil yang luar biasa. Masyarakat Ngablak ketika diminta satu buku, tapi bisa memberikan satu kardus isi buku. Buku dari warga ini terkumpul 1.500 eksemplar. Jumlah yang sangat luar biasa dari masyarakat desa yang berada tiga kilometer dari puncak gunung Merapi.



2. Perlunya pelibatan dunia industri dan dunia usaha untuk pengembangan perpustakaan

Perpustakaan Desa Ngablak melibatkan dunia usaha yang ada di sekitarnya. Dibuktikan dengan pelibatan masyarakat di sekitarnya. Pengurus Perpustakaan Desa Ngablak menyadari bahwa 90% penduduknya berprofesi sebagai petani. Sehingga ada cara unik untuk melibatkan dunia usaha di sekitar Desa Ngablak, yaitu dengan program Salak Pustaka.


Program Salak Pustaka ini digagas oleh pendiri Perpustakaan Desa Ngablak. Program Salak Pustaka membuka kesempatan kepada setiap petani di Desa Ngablak untuk mewakafkan satu pohon salak di setiap kebun yang dimiliki. Hasil panen salak dari satu pohon yang "diwakafkan" ini diserahkan ke pengurus perpustakaan untuk mengembangkan Perpustakaan Desa Ngablak.


3. Perlu adanya gedung yang representatif

Perpustakaan Desa Ngablak kini menempati bangunan dua lantai yang berlokasi di persimpangan jalan desa yang sangat strategis. Bangunan dua lantai ini dibangun dengan anggaran dana desa tahun 2017. Menurut presentasi yang disampaikan pengurus Perpustakaan Desa Ngablak, pada tahun 2017, Pemerintah Desa Ngablak mengalokasikan anggaran sekitar 200 juta untuk pembangunan gedung ini.


Gedung perpustakaan di lantai satu digunakan untuk menyimpan koleksi buku, dua buah komputer untuk akses gratis internet untuk masyarakat dan ruang pengolahan. Sedangkan lantai dua digunakan untuk ruang serba guna. Lantai dua sering digunakan untuk kumpul warga atau latihan musik untuk anak.


4. Harus Ada Komunikasi dengan perpusda Magelang dan lembaga peduli literasi

Pengurus perpustakaan Desa Ngablak mengakui bahwa pencapaiannya sampai ke level nasional tidak lepas dari bantuan lembaga yang concern pada dunia literasi. Kedua lembaga yang sangat memperhatikan perkembangan Perpustakaan Desa Ngablak ini adalah Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Magelang dan lembaga literasi Mata Aksara.


Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Magelang memberikan banyak bimbingan. Bimbingan ini diberikan seketika Perpustakaan Desa Ngablak meraih juara pertama pada perlombaan perpustakaan desa tingkat kabupaten. Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Magelang memberikan bimbingan penyiapan ketika perlombaan di tingkat provinsi dan nasional. Hasilnya tidak sia-sia, torehan prestasi di tingkat nasional berhasil diraih pada tahun 2018.


Torehan prestasi di tingkat nasional tahun 2018 juga didukung oleh lembaga peduli literasi, Mata Aksara. Relawan dari Mata Aksara bahkan rela sampai menginap dan tinggal sementara waktu di Desa Ngablak untuk mengembangkan perpustakaan desa ini. Ternyata perpustakaan desa bila ingin maksimal dalam perkembangannya harus melibatkan lembaga sosial peduli literasi.


Dari cerita di atas, dapat dihasilkan beberapa rekomendasi yang bisa diterapkan di Perpustakaan Desa Borobudur, di antaranya adalah:

1. Melakukan Gerakan Donasi Buku dari Masyarakat Desa Borobudur

2. Menjalin kerjasama dengan berbagai pihak, terutama pelaku pariwisata di sekitar Borobudur untuk turut serta membantu Perpustakaan Desa Borobudur

3. Melakukan upaya advokasi untuk meminjam bangunan Puskesmas Pembantu sebagai tempat kegiatan Perpustakaan Desa Borobudur

4. Terus melakukan kegiatan dan mempublikasikan kegiatan di media sosial sebagai "modal" untuk menjalin kerjasama dengan lembaga peduli literasi.


Demikian hasil studi banding yang bisa kami sampaikan. Besar harapan kami rekomendasi hasil kegiatan ini dapat dilaksanakan. Pelaksanaan kegiatan studi banding ini semata-mata untuk mencari ilmu, bukan untuk piknik. Kalau mau piknik, tentu kita studi bandingnya ke Bali. Hehehe.


Comments

Baca Juga