Skip to main content

Featured Post

Profil Rahma Huda Putranto

Rahma Huda Putranto, S.Pd., M.Pd.  adalah Duta Baca Kabupaten Magelang yang   lahir di Magelang, pada tahun 1992, lulus dengan predikat cumlaude dari Jurusan S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Negeri Semarang tahun 2014. Pernah menempuh Program Magister Manajemen Pendidikan di Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. Selain itu, gelar magister bidang pendidikannya juga diperoleh melalui Program Magister Manajemen Pendidikan di Universitas Negeri Yogyakarta. Penulis pernah bekerja sebagai guru di SD Muhammadiyah Borobudur. Kemudian mendapat penempatan di SDN Giripurno 2 Kecamatan Borobudur sebagai Pegawai Negeri Sipil. Terhitung mulai tanggal 1 Maret 2018 mendapat tugas baru di SD Negeri Borobudur 1. Alamat tempat tinggal penulis berada di dusun Jayan RT 02 RW 01, Desa Borobudur, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Selain itu, penulis dapat dihubungi melalui email r_huda_p@yahoo.co.id. Penulis pernah mengikuti program Latihan Mengajar di Uni

Pengolahan Nilai Kurikulum 2013

Contoh Pengolahan Nilai Kurikulum 2013
PTS, sebutan yang asing bagiku. Saya pun mencari tahu, apa itu PTS. PTS ternyata singkatan dari Penilaian Tengah Semester. PTS merupakan sebutan Ulangan Tengah semester pada kurikulum 2013. Maklum, saya selama menjadi guru belum pernah mengikuti bimbingan teknis pelaksanaan Kurikulum 2013. Ditambah, sekolah tempat tugas yang dulu belum menerapkan Kurikulum 2013.

PTS tidak lagi menggunakan model soal mata pelajaran yang berdiri sendiri. Tidak ada lagi mata pelajaran PKn, Bahasa Indonesia, IPA, IPS, dan SBK. Mata pelajaran tersebut digabung dalam satu tema besar. Sehingga PTS menggunakan sistem soal tematik. Yang ada dalam PTS adalah Ulangan Tema 6 Sub tema 1 dan 2, Tema 6 Sub Tema 2 dan 3, dsb.

Walau sudah tematik, namun masih ada beberapa mata pelajaran yang berdiri sendiri. Mata pelajaran tersebut adalah Matematika, Pendidikan Agama, Baca Tulis Kitab Suci, Bahasa Inggris dan Pendidikan Jasmani dan Olahraga. PTS dalam mata pelajaran yang berdiri sendiri ini tidak digabungkan dalam ulangan soal tematik.

Tantangan terbesar dalam system PTS ini terletak pada model penilaian yang diterapkan. Penilaian dalam PTS harus dilakukan pada setiap KD yang diujikan. Tidak seperti model penilaian KTSP yang cukup menghasilkan nilai untuk setiap mata pelajaran. Misalnya, dalam ulangan tematik yang mengandung muatan mata pelajaran PKn, Bahasa Indonesia, IPA, IPS dan SBDP penilaiannya tidak hanya untuk kelima pelajaran tersebut. Namun penilaiannya untuk tiap Kompetensi Dasar yang terkandung dalam mata pelajaran. Misal, dalam soal tematik terdapat soal PKn yang mengandung muatan KD 3.1 dan 3.2, maka nilainya tidak hanya satu untuk pelajaran PKn saja, namun PKn harus menghasilkan dua nilai karena mengandung dua kompetensi dasar.

Untuk lebih jelasnya, saya berikan contoh pengolahan nilai salah satu hasil tes tematik dalam PTS dengan jumlah siswa 35 anak. Dalam sekali tes tematik, saya harus mendapatkan nilai minimal lima buah. Jumlah nilai ini dapat bertambah tergantung jumlah kompetensi dasar yang terkandung. Dengan nilai hitungan minimal, satu siswa akan mendapat lima nilai di setiap satu kali soal tematik dibagikan.

Padahal tes tematik yang diujikan dalam PTS ada tiga tema. Sehingga lima nilai kali tiga tema yang diujikan kali jumlah siswa yang ada 35 anak, maka dalam sekali PTS saya harus mengolah nilai yang berjumlah 525 buah. Jumlah ini belum ditambah dengan nilai matematika dan Bahasa Jawa. Kalau misalnya dalam matematika terdapat 5 KD yang diujikan, maka sekali tes matematika dengan jumlah siswa 35 anak, saya sebagai guru akan mendapatkan nilai tambahan sejumlah 175 buah. Ditambah lagi dengan Bahasa Jawa. Kalaupun jumlah KD dalam Bahasa Jawa sama dengan matematika, maka akan diperoleh nilai sejumlah 175 buah. Akhirnya, saya sebagai guru kelas dalam sekali PTS harus mampu menghasilkan nilai sebanyak 525+175+175 = 875 buah.

Saya memandang jumlah nilai yang harus dihasilkan dalam sekali PTS sangatlah banyak. Seorang guru apabila mengoreksi sendiri PTS tanpa bantuan orang lain harus meluangkan waktu selama 1.750 menit atau senilai dengan 29 jam. Hitungan tersebut didasarkan pada kemungkinan waktu tercepat bagi guru untuk mengolah nilai dari satu kompetensi dasar, yaitu 2 menit untuk penilaian satu kompetensi dasar. Seorang guru pasti sangat Lelah dan jenuh kalau harus mengolah nilai sebanyak itu. Padahal pengolahan nilai seperti ini menjadi hal wajib di kurikulum 2013.

Kiat Pengolahan Nilai
Ibu Purwatmi Budiatmi  adalah seorang guru senior di SDN Borobudur 1. Beliau memberikan tips kepada saya agar pengolahan nilai PTS ini dapat terselesaikan dengan cepat dan efisien. Beliau menyarankan agar lembar jawab PTS dikoreksi secara bersama-sama dengan siswa. Namun sebelumnya, siswa sudah diberitahu pembagian nomor soal untuk setiap kompetensi dasar yang dinilai.

Siswa diminta menuliskan kolom yang terdiri dari nomor soal berdasarkan mata pelajaran dan KD yang dinilai, nomor yang salah dan jumlah nomor yang betul. Contohnya soal 1 sampai 5 memiliki muatan Kompetensi Dasar yang sama. Maka ketika siswa sudah mencocokan jawaban sampai nomor 5, kita minta mereka untuk menghitung jumlah betul. Jangan lupa untuk menuliskan nomor yang salah. Penulisan nomor yang salah ini untuk mengantisipasi kesalahan penghitungan dan upaya penggantian jawaban oleh siswa yang curang. Selanjutnya, guru tinggal memasukkan jumlah soal yang betul ke dalam format penghitungan nilai dalam Microsoft excel.

Pemanfaatan miscrosoft excel dalam pengolahan nilai PTS ini sangatlah membantu. Karena guru tidak perlu menggunakan calculator untuk menghitung satu persatu soal yang betul dalam setiap KD. Guru hanya perlu memasukkan jumlah soal betul ke dalam format Microsoft excel yang telah dibuat. Sehingga kunci sukses pengolahan nilai PTS terletak pada kerjasama guru dengan siswa dan pemanfaatan aplikasi hitung dalam computer.

Hikmah Pengolahan Nilai
Akhirnya, dapat disimpulkan bahwa ada hikmah besar dibalik model pengolahan nilai berbasis KD seperti ini. Guru memperoleh hikmah berupa data analisis nilai yang valid dan detail. Guru jadi tahu di bagian mana siswa sudah berhasil menguasai materi secara tuntas. Dan juga tahu dimana kekurangan siswa. Sehingga guru mampu mempersiapkan pembelajaran pengayaan dan remidial secara tepat sesuai kebutuhan siswa.

Demikian tulisan yang berisi tantangan pengolahan nilai pada kurikulum 2013. Yang intinya, dalam sekali tes guru harus bias menghasilkan nilai sesuai KD yang terkandung. Sehingga menjadi hal yang biasa kalau guru bias menghasilkan ratusan nilai dalam sekali PTS. Semoga hitung-hitungan di atas mudah dipahami oleh pembaca sekalian.

Borobudur, 21 Maret 2018

Comments

Baca Juga