Skip to main content

Featured Post

Profil Rahma Huda Putranto

Rahma Huda Putranto, S.Pd., M.Pd.  adalah Duta Baca Kabupaten Magelang yang   lahir di Magelang, pada tahun 1992, lulus dengan predikat cumlaude dari Jurusan S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Negeri Semarang tahun 2014. Pernah menempuh Program Magister Manajemen Pendidikan di Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. Selain itu, gelar magister bidang pendidikannya juga diperoleh melalui Program Magister Manajemen Pendidikan di Universitas Negeri Yogyakarta. Penulis pernah bekerja sebagai guru di SD Muhammadiyah Borobudur. Kemudian mendapat penempatan di SDN Giripurno 2 Kecamatan Borobudur sebagai Pegawai Negeri Sipil. Terhitung mulai tanggal 1 Maret 2018 mendapat tugas baru di SD Negeri Borobudur 1. Alamat tempat tinggal penulis berada di dusun Jayan RT 02 RW 01, Desa Borobudur, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Selain itu, penulis dapat dihubungi melalui email r_huda_p@yahoo.co.id. Penulis pernah mengikuti program Latihan Mengajar di Uni

Anak Alami Tantrum, Ini Solusinya

Tantrum biasa disebut dengan tantrum temper. Tantrum adalah istilah lain untuk ledakan emosi atau amukan. Tantrum bisa terjadi pada siapa saja. Namun tantrum sering terjadi pada anak-anak balita.

Anak balita mengalami tantrum ketika kebutuhan, mencari perhatian orang tua atau keinginannya tidak terpenuhi.  Misal, lapar, haus, atau tidak dibelikan mainan yang diinginkan. Anak balita bisa mengalami tantrum dimana saja. Bisa di tempat ramai ataupun sepi. Jadi, tantrum seolah menjadi sarana untuk mewujudkan tujuan tertentu.

Tantrum ditandai dengan ciri sebagai berikut:
1. sikap keras kepala
2. menangis
3. menjerit
4. berteriak
5. Muntah karena menjerit atau menangis histeris
6. pembangkangan
7. mengomel marah
8. resistensi terhadap upaya untuk menenangka
9. dan, beberapa kasus terjadi kekerasan (memukul diri sendiri, melempar benda di sekitarnya atau bahkan melukai orang lain).

Lantas apa yang harus dilakukan ketika anak tantrum?
1. Biarkan saja
Biarkan anak tantrum bila situasi masih aman terkendali, artinya tidak melukai diri sendiri atau orang lain serta tidak terlihat akan muntah. Apabila indikasi ketiga hal itu muncul, gendong anak anda keluar dari keramaian.

Tunggu sampai anak mulai tenang. Ajak anak berbicara. Terakhir nasihati ia bahwa mengamuk bukan cara yang tepat untuk mewujudkan keinginan.


2. Jangan berteriak lebih keras daripada anak
Ada juga model orang tua yang malah memarahi anak ketika tantrum. Teriakan kemarahannya melebihi volume suara si anak. Kegaduhan pun terjadi. Bila hal ini terjadi di tempat umum, pasti akan menarik perhatian banyak orang.

Sikap orang yang sangat direkomendasikan adalah tersenyum dan bersikap lembut. Tidak perlu ada "perlombaan" teriak antara orang tua dan anak. Gendong anak anda kemudian coba alihkan ke hal-hal yang lain.

3. Membuat Perjanjian
Perjanjian antara orang tua dengan anak agar tidak tantrum perlu dilakukan sebelum anak diajak bepergian. Misal ketika si anak akan diajak ke pusat perbelanjanaan, orang tua menawarkan janji kepada anak. "Kita pergi ke pusat perbelanjaan untuk membeli kebutuhan dapur. Bukan mainan atau bermain di pusat permainan."

Bila anak setuju, minta ia untuk mengulangi perjanjian tersebut berkali-kali. Kata-katanya tidak perlu sama persis dengan apa yang kita ucapkan. Yang penting maknanya sama dan ia mau mengulangi janjinya. Hal ini perlu dilakukan agar tercetak dengan jelas di alam pikiran si anak.

Demikian tulisan saya tentang tantrum. Kita sebagai orang tua harus memberikan respon secara tepat. Jangan malah kita memberikan respon teriakan atau tindakan yang "melebihi" teriakan anak. Tunjukan kedewasaan kita dan alihkan perhatian anak dari sebab-sebab tantrum.


*ditulis setelah MRA mengalami tantrum di artos mall magelang, Selasa, 14 Mei 2019.

Comments

Baca Juga