Dua anak di atas sepertinya saling berbisik membahas gurunya yang sedang mengaduk kopi. "Itu, Pak Huda Kenapa ya, kok seragamnya beda. " Temannya yang satu nyeletuk "mungkin Pak Huda pengikut Keraton Agung Sejagat."
Foto ini dibuat siang tadi. Saya mengenakan baju "PSH" sesuai jadwal. Baju PSH berwana hitam ini dibuat bebarengan dengan baju khaki yang cingkrang itu. Jadi jangan tanya, celana PSH ini juga cikrang karena dibuat oleh "satu pabrik."
Layaknya mobil Avanza dan Xenia, hanya ada perbedaan sedikit antara baju PSH ini dengan baju Khaki yang kemarin. Akan tetapi, ada perbedaan mencolok antara baju PSH ini dibanding baju PSH umumnya. Hmm, bedanya seperti Avanza yang dimodifikasi TRD Sportivo.
Ya, baju PSH baru ini dimodifikasi oleh penjahit dengan menambahkan emblem logo Kabupaten Magelang di lengan kiri. Tak lupa di lengan kanan baju hitam ini terdapat emblem bertuliskan "Departemen Dalam Negeri."
Tidak hanya satu dua orang yang hari ini berkomentar kalau baju ini mirip pengikut Kerajaan Agung Sejagat. Maklum, pengikut Kerajaan Agung Sejagat baru saja "show of forced" dan viral di dunia maya ini juga memakai seragam berwarna hitam-hitam.
Saya hanya cengengas-cengenges. Sambil nyerutup kopi, saya bayangkan kalau saya ini memang pengikutnya "King of The King" alias raja dari segala raja di dunia ini. Otomatis, Pentagon yang jadi markas keamanan Amerika Serikat itu juga bagian dariku. Sampai juga pada bayangan kalau aku pengikut kerajaan titisan Mataram ini bakal punya banyak selir.
Ah, bisa saja. Bayangan nakal itu sekejap pergi. Karena saya yakin, penjahit baju ini tidak tahu soal viralnya Keraton Agung Sejagat. Lantas pasti ada pengaruh lain. Saya memperkirakan kalau ketika ukur baju dulu, ia menganggapku seorang "security" alias satpam.
Tapi ketika mengukur badanku, si penjahit mendugaku seorang kepala desa baru. "Masak sih" saya dianggap security komplek. Walau memang desain baju ini sama persis seperti baju security. Warna hitam dengan dua saku di dada ditambah "tempat pangkat" di atas pundak.
Ah ya tidak seperti itu juga. Mungkin si penjahit menginginkanku tambah keren. Akhirnya, ia buat baju PSH berlogo ini seperti baju milik "crew" Net TV. Sekilas baju "podo plek" dengan crew "TV Masa Kini" karena warna hitam dan berlogo.
Ya apapun alasan itu, lagi-lagi manusia dituntut untuk selalu bersyukur. Sekali lagi saya bersyukur kalau kain "PSH" ini dijahitnya menjadi PSH. Coba kalau kain PSH ini dijahitnya jadi gamis atau daster. Bukan saya yang pakai, malah istri nanti yang bakalan pakai.
Tak lama setelah tulisan ini dibuat, ada pesan WA masuk. "Mas, TitiP AngKrinGan eNggaL ngGeN AdiK e KuLa siNg tiNg lOr LapaNgaN Nika, AmPun DigoPyok nggih." Oh ternyata, penjahit ini tidak mendugaku jadi kepala desa baru, crew Net TV atau apapun itu. Ternyata ia mendugaku sebagai Satpol PP. Kini terjawab sudah misteri baju PSH ini.
Borobudur, Selasa, 14 Januari 2020
HAHAHAHA dikira Satpol PP! Itu WA dari bapak penjahitnya kah? Tapi kok tulisannya gedhe cilik gedhe cilik gitu ya? Wkwkkk
ReplyDeleteGood readinng your post
ReplyDelete