Skip to main content

Featured Post

Profil Rahma Huda Putranto

Rahma Huda Putranto, S.Pd., M.Pd.  adalah Duta Baca Kabupaten Magelang yang   lahir di Magelang, pada tahun 1992, lulus dengan predikat cumlaude dari Jurusan S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Negeri Semarang tahun 2014. Pernah menempuh Program Magister Manajemen Pendidikan di Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. Selain itu, gelar magister bidang pendidikannya juga diperoleh melalui Program Magister Manajemen Pendidikan di Universitas Negeri Yogyakarta. Penulis pernah bekerja sebagai guru di SD Muhammadiyah Borobudur. Kemudian mendapat penempatan di SDN Giripurno 2 Kecamatan Borobudur sebagai Pegawai Negeri Sipil. Terhitung mulai tanggal 1 Maret 2018 mendapat tugas baru di SD Negeri Borobudur 1. Alamat tempat tinggal penulis berada di dusun Jayan RT 02 RW 01, Desa Borobudur, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Selain itu, penulis dapat dihubungi melalui email r_huda_p@yahoo.co.id. Penulis pernah mengikuti program Latihan Mengajar di Uni

Ilmu Pengetahuan Menjadi Nafas Kreativitas


Harian Kompas mulai Senin ini mengangkat tema tentang ekonomi kreatif. Ekonomi kreatif merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari industri kreatif. Industri kreatif memiliki potensi ekonomi yang sangat besar. Terbukti dari capaian sektor ekonomi kreatif di berbagai negara.

Ekonomi kreatif berkembang sangat ditentukan dengan penguasaan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan menjadi nafas kreativitas. Karena hanya dengan ilmu pengetahuan-lah peluang-peluang baru muncul.

Selain itu, industri kreatif di masa seperti saat ini ditopang juga dengan pemanfaatan teknologi. Terutama dalam penguasaan teknologi informasi dan komunikasi. Teknologi informasi dan komunikasi dapat mengakselerasi pertumbuhan ekonomi.

Contohnya mudah disebutkan. Misalnya industri transportasi dalam bentuk taksi. Pada zaman dahulu, pendirian perusahaan taksi membutuhkan modal yang sangat besar. Perusahaan haru membeli kendaraan sampai merekrut "driver."

Pencapaian Break Event Point (BEP) pun membutuhkan waktu yang lama. Bahkan bisa sampai 30 tahun sebuah perusahaan baru dikatakan mapan. Akan tetapi, kehadiran teknologi informasi dapat mempercepat proses itu.

Kehadiran aplikasi ojek online--dimana disana juga ada mobil yang "dijadikan" taksi-- sangat mempercepat akselerasi kemajuan sebuah perusahaan. Penyedia aplikasi ojek online tidak perlu membeli mobil. Mereka juga tidak perlu merekrut karyawan sebagai "driver." Mereka cukup menawarkan kepada masyarakat siapa yang mau menjadi mitra aplikasi ini.

Hasilnya luar biasa. Perusahaan penyedia aplikasi ini menjadi perusahaan Unicorn. Nilai sahamnya membumbung tinggi. Bahkan berpengaruh terhadap perusahaan taksi online tadi. Perkembangan ini pun tidak membutuhkan waktu sampai 30 tahun.

Perusahaan aplikasi tadi memang bukan contoh dari industri kreatif. Saya menggunakan perusahaan tersebut untuk menjelaskan bagaimana sebuah teknologi dapat meningkatkan nilai jual sebuah perusahaan. Ada satu prinsip dasar dari industri kreatif, yaitu nilai tambah.

Industri kreatif sebenarnya menggunakan konsep input-nilai tambah-output. Mereka menyerap berbagai potensi yang ada dengan cara memberikan nilai tambah. Hasilnya, barang tersebut bernilai jual tinggi.

Akhirnya, betul juga kalau industri kreatif membutuhkan pengetahuan. Karena pengetahuan-lah satu-satunya cara untuk mendapatkan nilai tambah. Nilai tambah industri kreatif berbentuk inovasi dan kreativitas yang dilahirkan dari pemanfaatan ilmu pengetahuan.

Comments

Baca Juga