Skip to main content

Featured Post

Profil Rahma Huda Putranto

Rahma Huda Putranto, S.Pd., M.Pd.  adalah Duta Baca Kabupaten Magelang yang   lahir di Magelang, pada tahun 1992, lulus dengan predikat cumlaude dari Jurusan S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Negeri Semarang tahun 2014. Pernah menempuh Program Magister Manajemen Pendidikan di Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. Selain itu, gelar magister bidang pendidikannya juga diperoleh melalui Program Magister Manajemen Pendidikan di Universitas Negeri Yogyakarta. Penulis pernah bekerja sebagai guru di SD Muhammadiyah Borobudur. Kemudian mendapat penempatan di SDN Giripurno 2 Kecamatan Borobudur sebagai Pegawai Negeri Sipil. Terhitung mulai tanggal 1 Maret 2018 mendapat tugas baru di SD Negeri Borobudur 1. Alamat tempat tinggal penulis berada di dusun Jayan RT 02 RW 01, Desa Borobudur, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Selain itu, penulis dapat dihubungi melalui email r_huda_p@yahoo.co.id. Penulis pernah mengikuti program Latihan Mengajar di Uni

Belajar dari Lazismu Dukun

Aku bertemu dengan nDan Agiv, salah satu kader KOKAM Dukun ketika Rakerda Kokam Magelang di Griyo Sastromihardjo Borobudur (11/04/2018). Obrolan kami di sela-sela rakerda cukup banyak. Namun yang menarik bagi saya adalah keberadaan Lazismu di Kecamatan Dukun.

Aku membuka pembahasan terkait Lazismu Dukun ini karena mendengar sambutan dari Komandan Kokam Magelang, Huda Khairun Nahar. Ndan Huda mengatakan bahwa pembiayaan Kokam di cabang-cabang dapat berasal dari infaq yang terkumpul di Lazismu. Akan tetapi belum semua PCM memiliki Lazismu. Lazismu di tingkat cabang yang paling muda adalah Lazismu Dukun.

Sekilas Lazismu Dukun
Karena sentilan dari sambutan komandan Kokam Magelang itu, pertemuan dengan nDan Agiv ini tidak aku sia-siakan. Mengingat nDan Agiv adalah salah satu tokoh muda potensial dari Muhammadiyah Cabang Dukun. Dan betul, ketika saya membuka pertanyaan berkaitan denga Lazismu Dukun ia sangat paham sekali.

Lazismu Dukun berdiri baru sekitar 1,5 tahun yang lalu. Pendiriannya di latar belakangi karena adanya keprihatinan dari warga Muhammadiyah Dukun terkait potensi zakat, infaq dan shodaqoh yang belum terkelola dengan baik. Struktur kepengurusan Lazismu Dukun cukup sederhana. Lazismu Dukun hanya memperkerjakan dua orang sebagai amil. Ditambah sebuah badan pengawas Lazismu yang terdiri dari ketua, sekretaris dan anggota.

Gerak amil ini dikomando langsung oleh badan pengawas. Badan pengawas ini tugasnya lebih kepada kebijakan peyaluran zakat, infaq dan shodaqoh yang telah terkumpul. Hal ini diharapkan penyalurannya dapat tepat sasaran dan tidak dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.

Celengan Lazismu Dukun
Pemasukan Lazismu Dukun salah satunya berasal dari celengan (tabungan) warga maupun simpatisan Muhammadiyah di wilayah Dukun. Lazismu Dukun sebelumnya telah menyebar celengan ke rumah-rumah atau tempat usaha. Celengan ini dapat diisi dalam bentuk uang receh ataupun kertas. Kemudian setiap satu bulan sekali amil Lazismu Dukun berkeliling mengambil uang yang ada di dalam celengan tersebut. Tidak lupa, setiap uang yang diperoleh dari warga Muhammadiyah dicatat dan diberi kwitansi resmi bukti penyetoran.

Menurut pengakuan nDan Agiv hasilnya lumayan. Rata-rata dapat pemasukan 50ribu dari tiap celengan. Dan catatan penting lainnya adalah diberikannya laporan aliran keuangan Lazismu Dukun kepada seluruh warga Muhammadiyah Dukun terutama donatur yang menginfaqkan uangnya dalam bentuk celengan. Sehingga semua dapat memantau secara transparan dan akuntabel. Tidak lupa cashflow ini juga dilaporkan secara tertulis kepada Lazismu PDM Kabupaten Magelang.

Strategi celengan, bukti kwitansi donasi, dan laporan bulanan ini patut kita contoh. Melalui upaya yang cukup sederhana inilah kepercayaan warga Muhammadiyah terhadap Lazismu Dukun semakin tinggi. Meminimalisir kecurigaan untuk memaksimalkan potensi zakat dan infaq yang ada di kecamatan Dukun.

Contoh kongkrit keberhasilan Lazismu Dukun ini membakar idealismeku untuk mendorong adanya Lazismu di Borobudur. Mengingat selama ini penyaluran infaq terkesan semrawut. Yaitu tidak adanya koordinasi, manajemen dan pelaporan yang mampu memuaskan warga Muhammadiyah Borobudur. Sebenarnya tidak masalah juga berinfaq secara semrawut. Toh yang penting ikhlas. Yang kita butuhkan hanyalah manajemen modern yang sesuai denga perkembangan zaman.

Pertanyaannya, kapan Borobudur punya Lazismu sendiri?

 Ditulis ketika tidak bisa tidur. BKIA Muhammadiyah Borobudur, 19 Februari 2018. Pukul 21.43 WIB

Comments

Baca Juga