Tulisan kali ini membahas sembilan model writerpreneur ala Cashflow Quadrant. Tulisan ini bersumber dari buku Writerpreneur, Panduan Insaf Pekerja Teks Komersial karya Bambang Trim. Sebenarnya ada sembilan pemodelan. Namun hanya dua model yang dijelaskan dalam artikel ini, yaitu Ghostwriter dan Co-Writer.
Sembilan pemodelan writerpreneur tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua. Pengelompokkan ini didasarkan pada konsep Cashflow Quadrant yang dipopulerkan oleh Robert T. Kiyosaki. Kelompok model writerpreneur yang pertama adalah Self Employment. Sedangkan kelompok kedua termasuk dalam kuadran bussinesman.
Perbedaan kedua kelompok tersebut dititikberatkan pada siapa yang terlibat dalam menjalankan usaha sebagai writerpreneur. Bila kerja writerpreneur dikelola seorang diri tanpa melibatkan orang lain, maka termasuk Self Employee. Berbeda kalau sudah melibatkan karyawan atau orang lain, model writerpreneur ini termasuk dalam Bussinessman.
Model writerpreneur ghostwriter dan co-writer termasuk kelompok self employee. Kedua model ini sering tidak melibatkan orang lain. Seorang writerpreneur menyelesaikan tulisannya seorang diri.
Ghostwriter
Ghostwriter yang dimaksud disini bukan Penulis Hantu. Ghostwriter merupakan salah satu model writerprenur yang mengharuskan seorang penulis menulis untuk diatasnamakan orang lain. Seorang ghostwriter melakukan aktivitas penulisan dan berkarya dalam bentuk buku. Hanya saja buku dalam buku tersebut tidak tertulis namanya. Nama pengarang yang tertulis dalam buku tersebut adalah orang lain yang membayar jasanya.
Jadi, kalau ada orang yang menggeluti bidang ghostwriter harus rela namanya tidak tertulis menjadi pengarang di buku yang dituliskannya. Profesi ghostwriter seperti ini selalu dibutuhkan di setiap waktu. Ghostwriter dibutuhkan oleh orang-orang yang ingin menghasilkan sebuah karya tulis -biasanya berupa buku, namun tidak memiliki waktu dan/ atau keterampilan untuk menuliskannya dalam bentuk karya tulis.
Orang-orang yang ingin memiliki karya tulis namun tak punya waktu atau keterampilan biasanya membayar orang lain untuk membuatkannya buku. Inilah yang namanya ghostwriter. Orang yang membayar ghostwriter bisa membayar seorang ghostwriter per halaman tulisan, per projek bahkan per jam pengerjaan. Nilai jasanya bila dirupiahkan bisa mencapai ratusan juta rupiah.
Ghostwriter bukan profesi yang bisa dianggap sebelah mata. Alasan selain materi imbalan yang tidak sedikit, juga pasti bakal memiliki koneksi dengan tokoh-tokoh besar. Klien ghostwriter bukan orang sembarangan. Oleh karena itu, Ghostwriter menjadi sebuah alternatif profesi yang cukup menjanjikan.
Co-Writer
Co-writer sedikit berbeda dengan ghostwriter. Co-Writer dan Ghostwriter sama-sama menulis untuk orang lain. Hanya saja bila kita bekerja sebagai seorang co-writer, nama kita tertulis dalam buku yang dihasilkan. Tidak seperti ghostwriter yang mana nama penulis yang tertulis adalah nama orang lain yang membayarnya.
Nama seorang co-writer biasanya tertulis di sampul buku. Bisa juga tertulis di halaman balik judul. Sebenarnya, co-writer merupakan orang yang membantu orang lain menulis. Biasanya orang yang membayar jasa co-writer memiliki gagasan yang besar namun tidak ada waktu untuk menuliskannya.
Co-writer juga menawarkan finansial yang cukup tinggi. Umumnya co-writer selain dibayar untuk proyek penulisan, masih mendapatkan bagi hasil royalti dari setiap penjualan buku. Maka pengarang utama harus rela berbagi royalti dengan co-writer.
Simpulannya, profesi ghostwriter dan co-writer menjadi alternatif sumber penghasilan tambahan seorang penulis. Seorang penulis tak lagi berharap pada satu sumber penghasilan -yang biasanya berupa royalti dari penerbit. Namun juga penghasilan yang nilai materinya cukup fantastis dengan memanfaatkan keterampilannya dalam menulis. Anda tertarik?
Comments
Post a Comment