Skip to main content

Featured Post

Profil Rahma Huda Putranto

Rahma Huda Putranto, S.Pd., M.Pd.  adalah Duta Baca Kabupaten Magelang yang   lahir di Magelang, pada tahun 1992, lulus dengan predikat cumlaude dari Jurusan S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Negeri Semarang tahun 2014. Pernah menempuh Program Magister Manajemen Pendidikan di Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. Selain itu, gelar magister bidang pendidikannya juga diperoleh melalui Program Magister Manajemen Pendidikan di Universitas Negeri Yogyakarta. Penulis pernah bekerja sebagai guru di SD Muhammadiyah Borobudur. Kemudian mendapat penempatan di SDN Giripurno 2 Kecamatan Borobudur sebagai Pegawai Negeri Sipil. Terhitung mulai tanggal 1 Maret 2018 mendapat tugas baru di SD Negeri Borobudur 1. Alamat tempat tinggal penulis berada di dusun Jayan RT 02 RW 01, Desa Borobudur, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Selain itu, penulis dapat dihubungi melalui email r_huda_p@yahoo.co.id. Penulis pernah mengikuti program Latihan Mengajar di Uni

WORK FROM HOME DAN KENAPA SELALU ADA ANAK DI VIDEO PEMBELAJARAN YANG SAYA BUAT!

"Kenapa selalu ada putrane di video pembelajaran e njenengan, pak?"

Pertanyaan di atas sering terlontar melalui pesan WA atau komentar di Youtube. Bahkan ada juga yang menyebutnya sebagai ekploitasi anak di bawah umur.

Saya punya alasan sederhana. Alasan ini pun ada kaitannya dengan Work From Home (WFH). WFH menjadi "gaya hidup baru".

Saya selama ini bekerja di luar rumah. Berangkat pagi pulang sampai rumah sore. Walau ada beberapa hari dalam seminggu saya pasti pulang larut malam.

Saya tidak melakukan rutinitas seperti itu biasanya ketika tanggal merah. Entah hari Ahad atau hari libur nasional lainnya. Saat itulah saya di rumah.

Beberapa minggu ini semua kegiatan "berhenti". Tak ada aktivitas keluar. Semua pekerjaan harus selesai di rumah. Hal ini sesuai dengan anjuran pemerintah untuk bekerja dari rumah.

Saya meyakini kalau anak saya selama beberapa minggu ini menganggap ayahnya libur bekerja. Otomatis, dia selalu melibatkanku dalam permainannya. Padahal saya harus bekerja dari rumah. Artinya di rumah tidak selamanya libur.

Pemahaman di rumah tidak mesti libur adalah pemahaman yang sulit diberikan. Pemahaman itu hal yang abstrak sekali bagi anak. Anak hanya tahu "kongkritnya" kalau ayah di rumah artinya libur.
Saya pernah juga mengunci diri di ruang kerja. Ruang kerja saya sedang amburadul karena baru disulap menjadi "studio" dadakan. Studio "ala-ala" Covid-19 ini saya gunakan untuk membuat video pembelajaran.

Sontak saja, ketika pintu tertutup dan kamera siap ambil gambar pintu ruangan bergetar. Bergetar karena "gedor-gedoran" pintu dari luar. Gedoran anak saya ini melebihi pak RT menggrebek warganya yang melanggar aturan.

Pada saat itulah aku menyadari bahwa "persepsi" di rumah berarti juga bekerja tidak bisa ditanamkan hanya dalam waktu beberapa minggu. Saya mau tidak mau berkompromi dengan keadaan. Kompromi yang paling aman adalah melibatkan anak saya dalam pembuatan video pembelajaran.

Makanya, video pembelajaran yang saya buat dan share di grup WA wali murid kebanyakan ada anak saya. Anak saya pun tidak bisa "diatur" menggunakan skenario tertentu. Kadang ia "girang" sendiri ketika melihat kamera yang disana terlihat wajah dia dan bapaknya.

Seringpula anak saya diam saja. Ekspresi memelas itu membuat video yang sudah jadi "tidak layak tayang". Kalau ekspresinya semelas itu nanti dikiranya saya benar-benar mengekploitasi anak dalam sebuah frame YouTube. hahaha

Oleh karenanya, kita harus pandai-pandai "melibatkan" anak dalam bekerja. Kita libatkan dia dengan cara mengkondisikan situasi agar sesuai dengan iklim pekerjaan kita. Jadi, kalau di depan kamera anak saya terlalu pasif, saya pasti memberikan stimulus agar ia terlibat.

Keterlibatan ini menjadi hikmah di balik pandemi Covid-19. Disini saya bisa memahami lagi dan lagi situasi batin anak. Apalagi ketika kondisi seperti saat ini tidak bisa sembarangan pergi bermain ke tempat hiburan anak. Win-win solutionnya, dengan menjadikan rumahmu dan pekerjaanmu sebagai hiburan di tengah "jenuhnya" isolasi mandiri di rumah.

Comments

Baca Juga